"Sahabat" ???
Sahabat adalah status tertinggi dalam pertemanan...
Sahabat kadang tidak terlihat oleh mata, kadang tidak terasa dalam hati...
Sahabat kadang tidak terlihat oleh mata, kadang tidak terasa dalam hati...
Namun suatu ketika kita membutuhkan seseorang, dalam keadaan sedih...
Maka seseorang yang datang itu bisa jadi adalah sahabat kita.
Di sini bukan mau tidak mengakui sahabat yang dekat, hanya mau memperluas jangkauan kata "sahabat"...
Di sebuah film, kadang persahabatan itu sering didominasi oleh keegoisan satu dari mereka. Yang lainnya hanya pura-pura bersikap tabah dan mengikuti padahal sebenarnya mereka ingin menentang. Tapi karena alasan setia kawan, pura-pura mungkin adalah jalan terbaik dan tanpa resiko.
Sebenarnya sahabat yang bener-bener sahabat menurut saya sih ya orang yang berani menentang keputusan ato tindakan salah dari "sahabat"nya. Bukan berarti karena sahabat maka yang menganggap salah terus saja membiarkan kekeliruan itu berjalan.
Aslinya, saya sendiri juga bingung. Saya punya sahabat, tapi sekarang-sekarang ini merasa tidak punya. Rasanya dia hanya teman yang lebih dekat dari teman-teman biasanya. Kenapa? Karena pas ada masalah rasanya saya gak enak aja ceritain tentang itu ke dia.
Ada yang aneh juga. Otak saya selalu mikirin tentang tokoh-tokoh fiksi yang emang suka saya rancang sendiri sebelum bikin ceritanya. Nah, saya lebih suka menyibukkan diri dengan bermain sama tokoh-tokoh fiksi dari otak saya itu.
Rata-rata setiap tokoh saya pasangkan dengan seorang sahabat. Selain itu, saya juga bikin tokoh-tokoh pemicu konflik, bukan antagonis. Dan yang wajib sih pasangan cinta untuk masing-masingnya. Latar mereka bisa pacaran juga saya bikin macem-macem. Meskipun lebih terkesan sinetronis, tapi menurut saya bagus-bagus aja, haha... Terserahlah, yang jelas saya gak suka nonton sinetron. Sinetron itu salah satu tayangan TV yang terlalu fiksi dan fake. Ckckck~
Sedikit curhat tentang kebiasaan un-usual saya, kembali lagi ke masalah sahabat. Saya rasa sekarang setiap ada masalah, saya sulit untuk berbagi masalah itu dengan "sahabat" saya. Gak tau kenapa... Solusinya? Saya sering menarik diri saya ke alam fiksi otak saya dan bergabung menjadi orang lain bersama tokoh-tokoh yang saya rancang. Heeeeh, am I a freak? I'm not sure...
Setelah itu, masalahnya sih gak kelar, cuma kadang itu bisa jadi inspirasi baru. Hmm, tapi untungnya saya punya "sahabat" itu adalah dia sering jadi motivator saya dan memberi keyakina ke saya akan satu hal yang saya ragukan. Itu bener-bener bikin senyum dan bersyukur :) Saya gak tau apa saya bisa jadi motivatornya dia ato jadi pemberi dia keyakinan seperti apa yang dia bisa lakuin ke saya. Saya udah berusaha untuk itu. Saya harap saya berhasil :)
Teka-teki tentang siapa sahabat saya sekarang ini masih belum bisa saya pecahin sendiri. Terlalu sering saya main-main sama tokoh fiksi saya, mereka jadi terlalu mendominasi pikiran saya. Kadang saya cuek dengan keadaan sekitar dan lebih mementingkan apa yang sedang saya pikirin. Saya tau mungkin saya keliru, tapi saya malah dibikin tersesat sama pikiran saya yang berdebat menentukan mana yang harus saya ikuti dan mana yang harus saya tinggalkan.
Sulitnya mencari orang yang cocok mungkin karena akhir-akhir ini saya sulit mempercayai orang. Seneng sih jadi orang yang bisa dipercaya, tapi susahnya ampun-ampunan percaya sama orang. Hhh~ Kadang saat kita merasa bisa untuk membuktikan kemampuan kita, orang lain gak percaya akan itu, dan saat itu adalah saat ter-f**k yang saya rasain. Kecewa memenuhi seluruh sudut-sudut perasaan.
Inti postingan ini sih sebenarnya tentang "siapa sahabat?" tapi merembes ke mana-mana. Ya saya pikir sih rembesannya masih berkaitan sama inti, tapi yaaa entahlah...
Dunia ini makin bikin bingung. Gak dunia nyata di depan mata, gak dunia kasat mata dalam otak, gak dunia gaib ciptaan Tuhan, gak dunia maya, semua dunia makin bikin saya butuh sebuah kompas kehidupan. Tapi siapa? Meskipun bisa mencoba mikir dengan berbagai sudut pandang, tetep aja kalo yang mikir cuma saya, hasilnya gak terlalu beda jauh.
Jadi yang saya butuh ya seorang sahabat yang ngerti saya luar dalem. Tau kebiasaan aneh saya, tau gimana tipe mood saya, tau semua-muanya. Eh, iya sih dia "sahabat" saya itu. Mungkin karena pisah sekolah dan jarang ketemu, jadinya saya merasa kurang deket sama dia. Maaf...
At least, saya kepikiran lagi sama sesosok kakak cowok. Ya, mayoritas dari tokoh fiksi yang saya bikin punya kakak, kebanyakan tokoh utama itu punya kakak cowok. Ya, mimpi saya juga masuk jadi inspirasi. Apa yang agaknya gak mungkin saya wujudin di dunia nyata (baca: punya kakak) bisa saya wujudin di dunia khayal saya dengan seorang tokoh yang mewakili saya.
Saya kadang ngerasa geli dan ngeri sendiri menyadari kalo saya agak-agak "aneh". Saya malah pernah mikir kalo mungkin saya ini psikopat, punya kepribadian ganda. Hiiiy! Tapi ogah ah! Tapi tapi....wajar gak sih kalo anak umur SMA masih suka dan hobi ngomong sendiri alias monolog di saat dia cuma sendiri? Monolog di depan kaca ato gak di depan kaca bukan sebagai dirinya? Monolog seolah-olah sedang keluar dari dirinya sendiri dan memainkan tokoh yang ada di dalam pikirannya dengan alur cerita yang juga ada dalam pikirannya?
Yayaya...itu salah satu hobi saya. Saya suka nulis tentang apa yang saya pikirin itu. Dan kadang dari monolog itu saya suka nyebutin kalimat-kalimat fantastis! Tapi pas mau dimasukin ke cerita, lupa. Sayang sekali... Kadang juga dengan monolog saya bisa merasakan jadi orang lain terserah saya. Haha... Jangan takut sama saya, asli bukan psikopat! Cuma yaaa asik aja kayak gitu. Mikirin seorang tokoh, ngembangin lingkungan sosial tokohnya, menjadi tokoh utama dalam cerita yang muncul di pikiran saya, bla bla bla. Sumpah asik!
Mmm...pada akhirnya, saya nemuin bahwa menulis itu adalah sahabat saya. Saya bisa berbagi apa aja dengan menulis. Pas seneng, pas sedih, pas jatuh cinta, pas kecewa, pas pengen cuap-cuap doang, pas segala bentuk situasi. Menulis juga gak ada yang larang kan? Kadang ngomong itu butuh keberanian, tapi kalo nulis? Cuma butuh keterampilan menyusun kata biar enak dibaca dan bikin pembacanya bisa ngerasain emosi yang kita taruh dalam tiap kalimat.
Hiyaaa!! Menulis itu unik dan ajaib! Penulisnya bisa nyiptain apa aja sesuai dengan imajinasinya. Saya makin kagum aja sama menulis. Makin kagum dan makin terobsesi untuk bisa menghasilkan satu buku yang bakal dibaca banyak orang. Membuka pikiran orang dengan kalimat-kalimat. Aneh, tapi salah satu hal fantastis di dunia ini menurut saya adalah seseorang bisa berubah atas dasar kalimat yang ditulis orang lain. Keren banget! I'm gonna be one of them who're inspiring people with their words... I wish it would happen, someday...
Penutup postingan ini, saking kagumnya sama menulis, setiap mulai nulis dengan satu topik tulisan, sulit buat saya untuk mengakhiri dan tetap menulis dengan jalur satu topik yang lurus tanpa merembas ke hal-hal di luar topik. Sangat sangat susah! Tapi memikirkan pembaca, ya mau gak mau, rela gak rela, puas gak puas, sesuatu yang dimulai harus bisa diakhiri dengan baik dan bermanfaat...
Telitilah kelompok sosial kalian, siapatau orang yang kalian anggap sahabat malah hanya teman biasa yang cuma menyandang status tertinggi dalam pertemanan dan cuma menyandang, tidak bersikap seperti seharusnya. Siapatau orang yang kalian tidak anggap sebagai sahabat adalah sahabat yang sebenarnya. Kalo bingung dengan kata-kata di atas, silakan teliti saja. Pilah-pilah dan tentukan mana yang benar-benar sahabat kalian. Saya berusaha untuk menerapkan itu...
Satu lagi, menulis bisa bikin saya memotivasi diri, menyarankan diri, mengkritik diri, dan lega. Tapi egoisnya saya, males banget baca curhatan orang lain. Ehm...
Sekian....
"Sahabat, seseorang yang bagaikan jarum dalam jerami yang sulit dicari tanpa usaha dan keyakinan, bagaikan musuh dalam selimut yang bisa menusuk dari belakang, bagaikan hantu yang ada namun tak terlihat dan tidak disadari, bagaikan mata-mata yang mengamati namun tak kita sadari. Tapi saya yakin kalo sahabat itu bagaikan bintang yang ada dan selalu memberi sinar harapan, bagaikan pelangi yang melengkung indah penyemangat jiwa, bagai mentari pagi juga yang membuka jalan untuk hari selanjutnya dengan dorongan membuat semua mimpi jadi nyata..."
Comments
Post a Comment