Twin's

"Elaaaaangg!!! iPod aku balikiiiinn!!!" teriak Melin mengejar Elang yang segera menghilang ke dalam kamarnya.
"Gue pinjem bentar doang, Mel!" sahut Elang dari dalam. Melin dengan muka ditekuk pun duduk di ruang keluarga sambil membuka-buka majalah. 
"Kenapa, Mel?" tanya Ibu yang kebetulan lewat. Melin mengangkat wajahnya.
"Itu tuh si Elang maling iPod aku lagi, Bu..." jawab Melin.
"Udah, mungkin dia cuma minjem toh, Mel..." Ibu menenangkan dan berlalu.
"Ikh, Ibuuu!!! Masa minjemnya tiap hari? Aku yang punya kan jadi gak bisa make," gerutu Melin.

Melin dan Elang adalah saudara kembar. Elang adalah tipe cowok yang cuek tapi sebenarnya peduli dan penyayang. Kalau Melin, tipe cewek yang apik, rajin, cerewet, juga sangat peduli sama orang lain.

"Mbak Mel, ada Kak Rikie di depan," kata Tata, adik Melin dan Elang.
"Ha? Rikie? Kok bisa?" tanya Melin kaget. Tata hanya mengangkat bahu dan berlalu. Sifatnya mirip Elang meskipun perempuan.


Melin pun bergegas menuju ruang tamu. Dan ia melihat Rikie duduk manis. Ia melempar senyum pada Melin ketika melihat Melin mucul. Melin hanya membalasnya dengan senyum canggung. Rikie adalah sahabat Elang. Biasanya Rikie ke rumah untuk mencari Elang. Dan menurut Elang, Rikie naksir sama Melin. Tapi Melin gak percaya. Hmm...

"Rikie, bentar ya aku panggilin Elang," kata Melin.
"EH, siapa bilang gue mau nyari burung satu itu?! Gue mau ketemu lo, Mel. Boleh, kan?" kata Rikie buru-buru. Melin yang sudah membalikkan badan pun berhenti dan menoleh.
"Loh? Yaudah, boleh kok, Kie," Melin duduk di sofa yang bersebrangan dengan sofa tempat Rikie dan tersenyum. Rikie pun membalasnya dengan hati berbunga-bunga.
"Mel, Elang udah bilang belom, kalo gue mau ke sini?" tanya Rikie.
"Belum, makanya aku juga kaget, Kie. Kenapa gak SMS dulu? HEhe.." jawab Melin.
"Gue pikir Elang uda ngasitau ke lo. Gak ganggu, kan?" tanya Rikie lagi.
"Gak, kok. Oh ya! Mau minum apa, Kie?" Melin menawarkan.
"Apa aja juga boleh, Mel. Gue gak pengen ngerepotin," sahut Rikie.
"Yaudah, aku ke belakang bentar ya. Aku panggilin Elang aja, ya!" Melin langsung menghilang. Rikie hanya mengangguk. Ia merogoh HP dari kantongnya.

Melin, untung lo gak kembar seluruhnya sama Elang. Kalo iya,, gue gak bakal bisa naksir sama lo...


"Hei! Lo kenapa gak bilang kalo mau ke sini, Cungkring!" sapa Elang. Ia menjatuhkan tubuhnya di sebelah Rikie. Hampir saja Rikie terlonjak.
"Busuk! Gue ke sini bukan mau maen sama lo!" balas Rikie.
"Eiyaaa... Gue tau kok! Gue juga gak mau ikut campur. Gue ke sini kan karena di suruh Melin, biar lo gak bengong katanya. Haha," jelas Elang.
"Eh, kayaknya gue kenal ama tuh iPod, El!" seru Rikie. lang cengengesan.
"Hehe, iPod si Melin gue pinjem. Kenapa?" tanya Elang.
"Oooh pantes. Gue sering liar si Melin pake itu di sekolah kalo lagi nongkrong. Eh El, Melin udah punya cowok belom?" tanya Rikie sedikit berbisik. Elang mendelik.
"Kayaknya sih belom. Tapi ada cowok yang belakangan ngedeketin dia. Lo jangan emosi, yak! Jangan kepedean juga, Kie!" pesan Elang berbisik pula.
"Siapa?" tanya Rikie masih berbisik.
"Mau tau aja. Ntar kalo lo tau, mampus dong anak orang lo hajar! Ogah deh gue kasitau," sahut Elang. 

Sesaat kemudian, Melin datang sambil membawa sebuah nampan berisi tiga gelas es jeruk lengkap dengan setoples cookies coklat. Elang pun bersiap bangkit dan meninggalkan Rikie berdua dengan Melin. Tapi Melin memberinya isyarat untuk tetap tinggal. Elang pun urung bangkit dan tetap duduk di samping Rikie. Rikie hanya melirik Elang dengan pandangan antara bingung dan mengusir. Elang cuek burung.

"Gak papa kan gue di sini, Kie? Gak jadi obat nyamuk, kan?" goda Elang.
"Eh, gak kok, El! Ya kan, Kie?" sahut Melin.
"I, iyaa... Hehe," Rikie tergagap. Suasana pun kaku. Hanya Elang yang bergerak tanpa canggung.


[ berlanjut... ]

Comments