Posts

Showing posts from January, 2022

Day 20 of 365

"...  an introvert doesnt like a sudden change."  Benar demikian. Entah kenapa, khususnya masalah jadwal, kalau tiba-tiba berubah, it could ruin my day . Kemarin hal itu terjadi. Rasanya gemas sekali. Masalahnya, ada sedikit efek domino yang terjadi akibat hal itu. Saya pun jadi sulit fokus karena masih memikirkan itu. Lalu, saya coba untuk segera selesai dengan pemikiran-pemikiran itu. Bagaimana? #writheraphy jawabannya. Biasanya kalau sedang merasa gundah gulana atau hal serupa, saya kadang akan memaksa diri untuk menulis. Menuliskan yang saya rasakan sejujur-jujurnya. Mula-mula sih sulit untuk sejujur-jujurnya, namun lama-lama terbiasa juga, dan dengan itu saya jadi bisa menerima diri saya, which is a good thing to happen . Entah bagaimana, frasa: mulailah dari diri sendiri, itu melekat dan sekalinya bekerja, efeknya bagus pada diri saya. Kasus pertama bisa dibilang ketika saya berusaha memaafkan diri saya yang kecewa berat pada ayah saya. Saat itu saya marah sekali. Tapi

Day 9 of 365

Kenapa, ya, rasanya hampir setiap hari di rumah tuh butuh ruang sendiri? Padahal nggak pernah terlalu disuruh ini-itu, nggak pernah dituntut untuk ini-itu… Dibebasin aja. Tapi kenapa selalu ada perasaan untuk bilang, “Let me alone!” Aneh, sih. Seharusnya nggak begitu. Untuk saat ini, untuk menemukan jawabannya, sepertinya yang bisa saya lakukan adalah menerima perasaan itu pelan-pelan, menjabat tangan, lalu bercengkrama sebentar. Bagaimana perasaan itu? Setiap bangun pagi, otak rasanya langsung ricuh, riuh, ramai, padahal ingin sekali merasakan calm state . Maksudnya, ingin dia tenang sejenak untuk mengatur apa-apa saja yang akan dilakukan hari itu, dan memutuskan dengan hati-hati mana yang prioritas dan mana yang rutinitas. Nah, seringnya, bahkan ketika tanpa ada yang menginstruksikan apapun malah sudah mulai stress duluan, sudah merasa disuruh-suruh. Mungkin otak saya tantrum? Belum diperintahkan apapun, tapi sudah heboh duluan. Hasilnya, pagi-pagi malah susah fokus. Alih-ali

Day 3 of 365

Hari kemarin, hari pertama kembali bekerja pada tahun yang baru... jadwal masih belum kembali padat seperti semula, bersyukur karena dengan begitu masih diberi kesempatan untuk 'pemanasan' sebelum kembali ke rutinitas yang padat gambreng.  Saya bingung pada diri sendiri, sering kali merasa loading  terhadap perubahan, dan itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar, di saat saya butuh cepat. Tapi syukurnya di hari kemarin semua berjalan perlahan dan tidak menjadi stressor bagi saya, he he. Beberapa siswa belum kembali aktif sebagaimana normalnya. Sedihnya, salah satu siswa saya terkena demam berdarah dan harus dirawat di rumah sakit. Kemarin semua terasa 'normal' karena saya bisa memulai hari dengan perlahan dan beban pekerjaan yang masih ringan tentu tidak menyebabkan stres, kan. Agak kaget juga karena jam bekerja lebih singkat dari yang saya perkirakan, tapi saya berusaha untuk tidak panik menanggapi hal itu. Saya berusaha berpikir untuk tetap tenang dan merancang renca

Day 1 of 365

Sabtu pagi. Konon, hari pertama di tahun yang baru. Entah ini efek menstruasi hari pertama atau hari ini terasa aneh. Semalam begitu ribut suara anak-anak menyalakan kembang api, sampai terkaget-kaget. Seperti layaknya waktu senjakala, mungkin saya pun tidak menyukai momen pergantian tahun. Sebuah perubahan dari ‘tahun lalu’ menjadi ‘tahun baru’. Apakah saya tidak menyukai perubahan? Tidak sepenuhnya salah. Namun, peralihan dari satu waktu ke waktu berikutnya—bukankah sudah sewajarnya terjadi?—tidak perlu diselebrasi seperti itu, kan? Saya berjalan ke teras, duduk di hadapan tanaman-tanaman kesayangan ibu saya, lalu menatap langit yang tampak pucat karena awan mendominasi. Udara terasa biasa saja, tapi bagi saya malah cenderung sumuk. Suasana terasa agak ganjil karena sepi di saat seharusnya tidak sesepi ini. Hal-hal kecil yang mungkin bagi sebagian orang tidak begitu berarti, bagi saya malah kadang sangat berpengaruh. Bisa jadi mengganggu, bisa jadi menggugah. Dan suasana