Twin's : Cerita Minggu Pagi

Minggu pagi ini Melin bangun sangat awal. Ia berencana akan bersepeda di Taman Kota yang tiap minggunya "Car Free Day". Selesai shalat Subuh, jam mejanya baru menunjukkan pukul 06:47. Melin menyempatkan merapikan tempat tidurnya. Menyadari udara di dalam kamar belum bertukar, Melin membuk jendela dan menghirup udara pagi dalam-dalam.

"Tok, tok, tok!!" tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar Melin.
Melin bergegas menghampiri pintu dan memutar kenopnya.
"Mbak Mel, aku ikut sepedaan, ya!" pinta Tata begitu melihat wajah Melin tersembul.
"Oh.. Boleh. Udah shalat?" tanya Melin memperhatikan penampilan Tata dengan rambut kusut dan matanya yang masih setengah terpejam. Melin terkikik.
"Belum, Mbak. Ini juga mau ke kamar mandi, tapi ke kamar Mbak dulu biar gak ditinggal," jawab Tata lalu melangkah dengan gontai menuju kamar mandi yang terletak di depan kamar Melin.

Setelah beres urusan kamar, Melin menuju dapur, mencari-cari sesuatu yang dapat mengganjal perut untuk bekal keliling Taman Kota. Dan Melin menemukan banyak biskuit di lemari lengkap dengan susu kotak berbagai rasa. 

"Kayaknya ini baru dibeli tadi malem semua, deh! Ah Ibu gak ngajak-ngajak shopping..." batin Melin seraya mengambil sebungkus cookies dan sekotak susu rasa stroberi.

"Telat amat nyolongnya!" suara Elang mengejutkan Melin yang akan mulai menyedot susu kotaknya.
"Eh, Burung! Hobinya bikin kaget orang aja! Masih pagi bener nii! Kenapa?" seru Melin kesal.
"Gak ada, mau negur aja. Lo mau ke mana udah rapi gitu?" tanya Elang menilik Melin dari ujung kaki.
"Mau sepedaan sama Tata. Ikut kau, El? Tapi penampilannya gak mendukung. Kalo lama, aku tinggal!" sahut Melin. Ia duduk dan membuka bungkus cookies.
"Gak ah, gue lari aja sama Ayah. Ntar lagi juga gue rapi, kok! Gue kan cowok, dandannya jelas gak kayak cewek yang lama banget, haha..." Elang mengambil sekotak susu rasa coklat dan mencuri cookies Melin.
"Ihh!" Melin menepis tangan Elang. Tapi terlambat, Elang dapat 3 biji cookies.

Elang segera menghabiskan sarapan awalnya. Sehabis itu, ia meninggalkan Melin yang masih dengan tenang mengunyah cookies-nya.
"Mbak, aku siap!" seru Tata yang muncul dengan setelan jeans 3/4, baju kaos lengan panjang, dan sepatu kets. Bibir Melin sedikit membentuk senyuman.
"Oke, kita berangkat!" Melin bangkit. "Eh, kau gak makan dulu, Ta?" tanya Melin kemudian.
"Gak, aku bawa cemilan dikit, kok!" kata Tata menunjuk kantong kaosnya yang mengembung. Melin kembali terkikik dibuatnya. 
Mereka menuju garasi dan mengeluarkan sepeda masing-masing, membuka gerbang, lalu genjot....!!!

Suasana Taman Kota pagi itu sudah cukup ramai untuk ukuran pukul 06:15 yang ditunjukkan jam tangan Melin. Ia dan Tata terus menggenjot sambil berbincang dan bersenandung kecil. Udara jalan di sekitar Taman Kota hari itu benar-benar segar! Selain karena masih pagi, "Car Free Day" pun menjadi sebabnya. Dengan tenang dan nyaman Melin bersama adiknya yang tomboy itu menlintasi jalanan yang hampir penuh oleh pejalan kaki pagi dan pelari pagi.

Tenda-tenda jajanan dan santapan pagi pun bermunculan. Mulai dari tenda serabi sampai soto ayam. Wah wah! Para penikmat Minggu pagi yang sudah hampir menyelesaikan aktivitasnya pun memburu tenda-tenda tersebut. Sarapan bersama pun menjadi pemandangan yang menenangkan mata. Satu keluarga sarapan bersama dengan penuh kehangatan di pagi yang masih berudara dingin.

"Hei, Mel!" sapa seseorang ketika Melin dan Tata beristirahat sejenak di bawah sebuah pohon.
"Eh," Melin menoleh. "Kak Andre!"
"Loh, tumben Elang gak ikut. Mana dia?" tanya Kak Andre setelah memperhatikan Melin hanya dengan Tata.
"Hehe... Katanya dia mah mau lari sama Ayah aja. Kakak tumben gak sama Kak Gisel?" 
"Eh, aku sama Gisel udah gak ada apa-apa lagi. Dia sekarang lebih suka jalan-jalan di mall sama cowok barunya," jawab Kak Andre dengan gaya seolah berbisik.
"Yaaah, maaf deh, Kak! Berarti sekarang sendiri aja dong?" kata Melin.
"Gak, kok!" sahut Kak Andre. Melihat tatapan bingung Melin, Kak Andre melanjutkan, "Kan ada kamu sama Tata...." Melin tertawa kecil.
"Mbak, ada temen aku di sana!" pekik Tata yang daritadi memperhatikan orang-orang.
"Terus, mau ke sana?" tanya Melin menoleh. Tata pun mengangguk dan segera menaiki sepedanya lagi.

Kak Andre adalah tetangga Melin. Rumahnya hanya berjarak sekitar 200 meter. Karena Elang sering main ke rumah Kak Andre untuk menginstall laptop dan mendalami ilmu komputer, mau tak mau Melin pun ikut. Sebab waktu itu laptop Melin kena virus dari flashdisk temannya. Sebenarnya rumah yang ditempati Kak Andre bukanlah rumah miliknya, melainkan rumah yang dikontrak untuk tempat tinggalnya di Jogja sampai ia menyelesaikan kuliahnya. Kak Andre tinggal dengan dua orang teman, adik perempuannya,  Cira, dan dua orang pengurus rumah yang bertugas masak dan merapikan taman depan.

Sekarang hanya ada Melin dan Kak Andre yang duduk berdua. Pagi dengan mentari yang makin merambat naik memberikan kehangatan Tuhan membuat Taman Kota semakin ramai.
"Kak, Cira mana? Gak ikut?" tanya Melin setelah terpaku dalam diam menikmati nikmat Tuhan pagi itu.
"Eh, Cira-nya ada di rumah. Katanya jam delapan ntar dia ada kerja kelompok gitu," jawab Kak Andre yang baru sadar dari lamunannya.
"Oiya, Mel! Tau gak Cira bilang apa ke aku?" lanjut Kak Andre.
"Gak. Emang Cira bilang apa?" tanya Melin.
"Masa dia bilang aku emang gak cocok sama Gisel? Jahat banget!" 
"Haha...! Terus, Kak?"
"Terus dia bilang, aku lebih cocok sama kamu. Ih, ada-ada aja deh tu anak!" Kak Andre tertawa. 

Tanpa sadar, Melin memperhatikan Kak Andre yang sedang tertawa itu. Wah, manis juga! Kenapa hatinya dag-dig-dug gini? Padahal sebelum Kak Andre cerita biasa aja. Kenapa ini? Kenapa ini? Mungkinkah....?

"Mel, cari sarapan, yuk! Udaaaah, omongan Cira gak usah dipikirin. Aku tau kok kamu ilfil gara-gara itu. Hehe... Yuk yuk, makan yuk!" ajak Kak Andre.
"Eh, siapa juga yang mikirin omongan Cira? Dia kan emang suka becanda, Kak. Aku mesti nunggu Tata dulu nih, Kak! Kalo mau makan, silakan aja. Aku ntar sarapannya di rumah aja," kata Melin dan mencari-cari sosok adiknya.
"Udah, si Tata pasti asik sama temennya. Daripada masuk angin, temenin aku makan aja. Aku bayarin, kok!" Kak Andre kembali mengajak Melin.
"Oke deh, Kak! Mau makan apa nih?" tanya Melin.
"Apa aja kalo aku makannya ditemenin Melin juga enak! Heheh..." Kak Andre nyengir.

Sebelim hunting sarapan, mereka memarkir sepeda mereka di parkiran khusus sepeda dengan tukang parkir terpercaya dan dijamin aman. Setelah itu, barulah mereka masuk ke area piknik. Area itu dipenuhi publik kota yang menyantap sarapan selesai olahraga.

Kak Andre menggandeng tangan Melin menuju tenda Mie Soto. Lah, ini kenapa digandeng? Kan aku jadi deg-degan lagi, Kak...! Melin hanya mengikuti langkah Kak Andre hingga akhirnya Kak Andre melepaskan tangan Melin setelah menemukan meja yang kosong.

"Sori ya tadi aku gandeng, takut kamunya ilang. Hehe... Eh, Mel! Enak lo ini mie soto-nya! Aku suka banget! Pernah nyoba, kan?" Kak Andre mengawali perbincangan.
"Eh iya, gak papa kok, Kak! Mmm... kalo gak salah aku juga pernah makan di sini, tapi itu udah agak lama. Jadinya aku lupa. Emang masternya di sini apa, Kak?" tanya Melin.
"Yang favorit aku di sini sih, mie soto balado, Mel! Sedap banget! Tapi kalo Cira sukanya yang mie soto semur. Kira-kira kamu sukanya yang mana?" lanjut Kak Andre.
"Kayaknya yang punya Kakak asik tuh! Aku boleh coba yang itu?" tanya Melin.
"Dengan senang hati, boleh dong, Melmel cantik!" seru Kak Andre. Ia bangun dari duduk menuju gerobak penjual dan memesan.

Haduh! Kenapa begini jadinya! Aku kan nganggep Kak Andre itu kakakku! Kenapa aku malah selalu takut buat ngeliat matanya kalo dia lagi ngomong? Ahhh... Gak mungkin mah dia ada sesuatu sama aku! Dia kan cintanya sama Kak Gisel! Udah, udah.... Ini kan cuman hari Minggu pagi biasa... Udah, udah.... 




[ masih beranjut, keep waiting, keep reading! ;) ]

Comments