Twin's : Cira dan Dilema

"Hey, Mel!!! Sini, yuk!" teriak Cira dari depan teras rumahnya. Melin yang berjalan hendak kembali ke rumah dari toko di ujung gang menoleh.
"Eh, Cira! Mau ke mana?" tanya Melin sambil menunggu Cira yang berjalan ke arahnya. Penampilan Cira sore itu membuatnya terihat sangat cantik! Celana jeans selutut dengan atasan kaos pink berompi ungu.
"Ini, aku mau nemenin Kak Andre nyari kado, tapi disuruh yang rapi. Heran deh! Kakak itu suka aneh-aneh!" gerutu Cira melirik arloji Tweety-nya.
"Emang siapa yang ulang tahun, Cir?" tanya Melin, ikut menoleh ke arah rumah menunggu Kak Andre muncul.
"Gak tau tuh Kakak gak mau kasitau. Jadi males! Tapi aku disogok pake coklat, Mel. Haha..." kata Cira lalu tertawa, lesung pipinya terlihat dan ia manis sekali.

Dan cukup lama Cira dan Melin ngobrol di depan rumah Cira menunggu Kak Andre yang tak kunjung terlihat batang hidungnya. Cira bercerita tentang dirinya yang kini disibukkan dengan PR dan tugas juga les yang berentet tak ada habisnya. Melin pun memakluminya, Cira kan anak akselerasi. Sementara dia, lebih memilih sekolah tiga tahun saja. Cira pun bercerita tentang seorang teman yang berkhianat dengan menyukai cowok yang disukai Cira, dan ia tau akan hal itu. Cira benar-benar kecewa.


"Aduh, Mel!! Apa coba yang dia pikirin? Padahal aku udah percaya banget sama dia. Tapi apa? Dia emang pengkhianat! Iya kan?" Cira menanyakan pendapat Melin yang sedari tadi mendengarkan cerita Cira.
Melin menghela napas panjang dan menanggapi dengan bijak, "Cira, kita itu manusia. Kita punya perasaan, dan terkadang perasaan itu buta. Tidak kenal siapa dia, dari mana dia, dan kadang tak peduli dengan latar belakangnya. Perasaan itu bisa aja suka, cinta, ato sayang. Dan perasaan-perasaan itu pun gak peduli sama cerita atopun rahasia, Cir. Kamu gak bisa salahin temen kamu. Dia udah minta maaf?" jelas Melin cukup panjang.
"Udah. Dia minta maaf berkali-kali. Aku sih cuek aja, aku kan kecewa, Mel! Dia bilang dia juga sebenernya gak mau suka sama cowok itu, tapi yaaaa begitu..." sahut Cira dan kembali melirik arlojinya.
"Huuuh.....Kakak mah lama! Aku jadi pengen maen ke rumah kamu aja deh, Mel!" gerutu Cira.
"Haha...Tunggu deh lima menit lagi. Kalo gak muncul-muncul, kita ke rumah aku," seru Melin. Dan mereka pun dalam diam menunggu lima menit berlalu.

"Nah, aku udah sering bilang ke Kakak kalo dia itu gak cocok sama Mbak Gisel! Eeeh, tapi dia selalu aja bilang kalo aku masoh kecil dan gak tau apa-apa. Huh, Kakak mah suka gitu! Nganggep aku masih TK terus! Padahal aku kan udah mau lulus SMP. Ckckck..." komentar Cira. Ya, mereka kini ada di kamar Melin sedang mengemil keripik kentang yang tadi dibeli Melin. Melin mendengarkan banyak cerita dari Cira. Tentang Kak Andre.

Mulai dari pacar pertama Kak Andre dan mereka bertahan hanya dua minggu gara-gara ceweknya terlalu lebay dan manja, pacar ke-dua Kak Andre yang matrenya slow but sure nguras dompet, pacar ke-tiga Kak Andre yang cuman jadiin Kak Andre pelampiasan, sampe ke Mbak Gisel yang terlalu cepet ngambek dah childish. Yang paling lumayan menurut Cira adalah Mbak Laras yang biasa-biasa aja, ramah, dan gak pelit meskipun kadang terlalu dewasa dan serius. Menurut Cira, Mbak Laras itu pengertian banget sama Kak Andre. Cira pernah ngomong itu ke Kak Andre, dan tanggapan Kak Andre adalah selalu "kamu tau apa?".

"Kamu tau gak, Mel?" tanya Cira. Ia meneguk teh kotaknya.
"Apaan?" Melin bertanya balik.
"Menurut aku, Kakak itu bakal bahagia kalo pacarannya sama kamu, Mel!" ucap Cira dengan tampang bersungguh-sungguh. 
"Uhuk!" dan akibatnya Melin yang sedang minum nyaris tersedak.
"Kok gitu? Kamu iiiih, ada-ada aja!" Melin menyenggol Cira.
"Ih beneran Meliiiin......" bantah Cira.
"Aku liat, Kakak itu seneng banget kalo kamu dateng ke rumah buat ngapain aja. Makanya aku seringa minta kamu main ke rumah. Aku mau liat ekspresinya Kakak buat mastiin dugaan aku, Mel. Sering-sering ya ke rumah. Biar jelas nih! Aku masih rancu gitu sama perkiraan aku," pinta Cira.
"Mmmm.... Tapi Cir, perkiraan kamu mungkin aja salah banget lhoo... Udah deh, kapan-kapan aja aku ke rumah kamu, dan gak sering-sering. Kamu kan banya PR, tugas, sama les," kata Melin.

Setelah Cira pulang sehabis Maghrib, Melin mandi sore. Di kamar mandi ia cukup lama berdiam diri. Sebelum mengguyur tubuhnya, kata-kata Cira tadi. Ia mungkin bisa dengan mudah memungkiri dengan lidah yang tak bertulang. Tapi ia rasakan hatinya terus memberontak. 

Astaga!!! Masa sih aku suka sama Kak Andre? Aku kan lagi kesemsem banget sama Alfa. Ya ampuuun!!! Ini gak lucu banget!

Ada sebuah pesan di HP Melin...
Mel, gue boleh minta tolong?

-Alfa

Alfa??? Minta tolong apa yaaa?? 
Melin membalas SMS Alfa.

Tak lama kemudian, "Bip, bip..."
Aku mau minta nomor HPnya si Arlyn...
Lo punya kan, Mel?

Hmm... Oke, mungkin di sini gue harus mundur. Mungkin anak-anak bener, Alfa suka sama Arlyn. Huhu... Selalu gini deh! Ini gak adil! Kenapa gue, sebagai kaum cewek, gak boleh bertindak duluan? Nyatain duluan? Ya, bukan gak boleh, tapi tabu. Huhuu...aturan dari mana? Di Undang-Undang gak ada kok! Oke, mungkin dengan gue kasi Alfa nomor HP Arlyn gue bisa lebih damai...

Melin bergabung dengan Elang yang sedang main PS di ruang tengah. Sayangnya Melin tidak pandai menyembunyikan sesuatu yang mengusik dirinya. Elang yang sempat melirik wajah kembarannya itu langsung menekan tombol "Pause" dan duduk di samping Melin.

"Lo kenapa, Mel?" tanya Elang penasaran sambil memperhatikan raut wajah Melin.
"Gak kenapa-napa, El. Lo udah bikin PR?" jawab Melin berusaha mengalihkan perhatian Elang. Namun dia salah! Elang tidak mudah untuk teralihkan. Tambahan perbedaan mereka.   
"Gak usah bohong! Apa gunanya gue jadi sodara lo? Meskipun gue cowok, mungkin gue bisa bantu masalah lo, Mel..." seru Elang sedikit memaksa.
"El, ini masalah cemen kok! Lo tenang aja. Gue bakal ngomong ke lo kalo menurut gue emang harus diomongin. Sekarang gue masih mikir aja..." sahut Melin. Ia menatap mata Elang untuk meyakinkannya.
"Mikirin apa?" Elang memancing. Ia memasang tampang serius.
"Ih Elang! Lo gak bakal gue kasitau kalo gue masih gak mau! Lo diem!" ucap Melin.
"Eittt...!! Jangan sewot dong, Mel! Gue kan mau bantuin lo, Sistaaa..." Elang mengeuarkan jurusnya.
"Udah deh, El! Ngantuk gue, mau tidur duluan deh yaa," kata Melin.
"Astagaaaa.... Ntar di kamar malah baringan doang, gak merem. Mending lo cerita sama gue. Kenapa? Lo gak percaya gue? Hahahahaaa..." Elang masih berusaha.
"Bukan, El! Gue percaya banget kok sama lo. Tapi ya itu, belum mau aja gue cerita. Udah, gue langsung tidur kok! Ini gue udah ngantuk banget! Tadi abis mandi gue ngerjain PR-PR buat besok yang bejibun," kata Melin.
"Eh rajin amat lo, Mel... Gue aja PR Bahasa baru jadi satu nomor, sisanya buat besok subuh sama ngerajain berjamaah bareng makmum gue di kelas. Gak boleh terlalu serius belajar, Mel! Ntar cepet tua! Haha..." Elang kembali duduk di bawah dan memegang stik PSnya.

Melin hanya menggeleng-geleng melihat kelakuan Elang. Dan berjalan lunglai menuju kamarnya. Matanya terasa sangat berat. Dan tak sampai sedetik membaringkan tubuh, Melin sudah terbawa mimpi. 

Ia berada di sebuah tempat yang sangat sulit didefinisikan. Ia bersama beberapa orang yang menurutnya ia kenal, tapi hanya wajah Alfa di kejauhan yang terlihat jelas. Dan ia sedang berduaan dengan Arlyn. Melin merasa air matanya menitik. Tepat saat itu, seseorang dari belakang memeluknya hangat. Membisikkannya sesuatu dan kini ia sudah ada di samping Melin, mengusap air mata Melin. Melin terus tersedu.

Melin merasa ia menceritakan perasaannya melihat Alfa dengan Arlyn dengan seseorang itu. Dan seseorang itu mendengarkan dengan antusias. Seseorang itu terus menyeka air mata Melin setiap ada yang menitik. Kemudian, Melin mendapati dirinya merebahkan kepala di pundak seseorang tersebut. Sesaat Melin merasa seseorang itu Kak Andre, dan sesaat kemudian berubah menjadi Elang.

Melin berada di tempat yang berbeda! Kini ia ada di kelasnya, duduk seorang diri di pojok kelas. Ia seakan tak terlihat oleh teman-temannya yang lain yang sedang ribut layaknya ada pelajaran kosong. Ia merasa melihat semua berbahagia, kecuali dirinya yang sendirian. Namun, sosok yang menurutnya Rikie, duduk di sampingnya. Menatapnya, tersenyum padanya, dan tiba-tiba wajahnya adalah bukan Rikie! Entah wajah siapa...





[ apa maksud mimpi Melin? keep waiting, keep reading ;) ]

Comments