Friendship is BETTER!

Malam ini malam Minggu. Suasana sekolah agak sepi. Kebanyakan siswa-siswinya pulang ke rumah menghabiskan akhir pekan. Sedangkan aku? Aku memilih untuk tinggal di sekolah dan menghabiskan malam di bawah langit cerah berbintang ini.

Sambil menyembunyikan tanganku ke dalam kantong jaket, aku berjalan pelan menyusuri jogging track di taman sekolah. Bunyi air mancur dari tengah taman memecah kesunyian malam dan malah mendatangkan kesan horor. Bagaimana tidak? Aku berjalan sendirian dan lampu di taman tidak semuanya menyala.

Semilir angin malam seakan membelai rambutku yang terurai. Hiiy, rasanya bulu kudukku berdiri. Tapi itu sudah biasa. Suasana malam memang begitu. Aku jadi lebih tidak memikirkannya. Ada sesuatu yang lain yang aku pikirkan...

Perilaku aneh Prisil padaku yang makin menjadi-jadi. Kalau tidak salah, Prisil mulai aneh sejak ia cerita tentang pacar barunya. Tapi, ketika aku merencanakan double date dengan ia dan pacar barunya, ia malah menolak dengan keras. 


Lalu, suatu malam sebelum tidur, ku lihat Prisil dengan senyum mautnya yang merekah sedang SMSan. Aku yakin itu pacarnya. Ohya, Prisil tidak mau memberitahukan nama pacarnya padaku. Itu semakin memperpanjang daftar keanehan perilaku Prisil. Aku menggodanya malam itu, eh Prisil malah menarik selimutnya sampai dagu bahkan sampai kepala.


Malam ini rasanya juga aneh. Awalnya Raka, pacarku, mengajakku ke rental komik. Aku sudah hampir siap berangkat, eh taunya Raka SMS dan bilang bahwa ia harus menemani neneknya di rumah. Batal deh. Aku sih gak apa-apa akan hal itu, tapi Prisil...ia juga bersiap-siap hendak keluar. Aku tanya ia mau ke mana, ia hanya menjawab mau pergi dengan pacarnya. Ya, pacarnya yang misterius itu.

Sebelum aku ke taman, Danu, sahabatku, mampir ke kamarku.
"Nan, gak jadi jalan sama Raka?" tanya Danu saat kita duduk di teras.
"Gak jadi tuh, Dan. Katanya dia musti nemenin neneknya. Kamu mau ke mana?" tanyaku balik.
"Oooh... Trus pacar si Prisil siapa sih? Aneh gitu," kata Danu.
"Entah, aku juga gak tau. Prisil gak mau bilang namanya..." sahutku.

Setelah Danu beranjak mau beli hot cappucinno, aku langsung melengos ke taman.

Sekarang, aku duduk di sebuah bangku taman memandang lepas menikmati suasana taman malam ini. Aku hirup udara dalam-dalam sambil kembali mengutak-utik misteri pacar Prisil. Baru kali ini Prisil main rahasia-rahasiaan. Biasanya juga dengan bangga dia memamerkan pacarnya. Mungkinkah aku hanya berprasangka buruk mengira pacar Prisil adalah Raka? Terlalu jahat kalau itu benar.

Prisil tau kalo aku dan Raka masih awet selama satu tahun. Yaya, keterlaluan jahat kalau Prisil betul-betul pacaran dengan Raka. Tapi, makin aku memikirkan hal itu, aku jadi sadar kalo aku udah gak terlalu deket lagi sama Raka. Jadi, aku gak terlalu sakit hati kalo misalnya prasangka aku itu emang bener.

"Nan!" Danu menepuk pundakku dari belakang.
"Bikin kaget!" seruku sambil merebut segelas cappucinno dari tangan Danu.
"Eh, Prisil jalan sama pacarnya ke mana?" tanya Danu setelah duduk.
Aku mengangkat bahu saja, tidak tahu.
"Hmm...Gimana kalo pacarnya Raka?" celetuk Danu tiba-tiba.
"Eh, aku juga mikirnya kok gitu ya, Dan... Kok kamu mikirnya sama sih?" tanyaku kaget.
"Gak tau juga. Aku kayak ngeliat Raka gitu di luar gerbang. Pas mau aku tegur, eh si Prisil muncul. Aku langsung aja beli hot cappucinno," cerita Danu.
"Lah? Ketemu di mana?" tanyaku dengan wajah heran.
"Di gerbang depan. Pas abis dari kamarmu itu lho, Nan..."

Fakta yang dibawa Danu makin memperteguh prasangkaku dalam menuduh Raka sebagai pacar yang dirahasiakan Prisil. Tapi kenapa mesti bohong? Jujur juga aku gak bakal sampe mau bunuh diri, kok! Aku kan gak gila, aku juga gak tegaan...

"Nan, kamu gak cemburu gitu, ya?" tanya Danu.
Karena melamun, aku gak sadar kalo Danu merhatiin ekspresi mukaku, takut kalau-kalau aku mewek.
"Dih! Gak lah! Ngapain cemburu? Buang-buang waktu aja," sahutku cuek.
"Oooh..." 

Hot cappucinno punyaku sudah habis. Sisanya tinggal menghabiskan malam ini sampe kantukku kembali. Ahya, Danu masih duduk manis di sampingku. Heran, di malam yang dingin begini di rela berbagi hangatnya hot cappucinno dengan angin malam yang segera mendinginkan hot cappucinno-nya.

Hmm...aku suka background malam ini. Langitnya bersih walaupun bulan purnama masih lama. Bagian paling menguntungkan dari lampu taman yang banyak mati adalah bintang-bintang yang ada jadi lebih jelas kelap-kelipnya. Huaaaa...udara di taman juga lebih segar daripada diam di kamar yang sumpek.

Malam Minggu ini rasanya makin damai. Mungkin karena malam ini ada Danu yang ikut duduk di sebelahku. Dia sahabat yang fleksibel! Gak rugi punya satu sahabat cowok, apalagi yang kayak Danu. Dia pinter, tapi agak oon. Dia jago menghibur orang yang sedih. Tapi, sayangnya dia suka salah tebak! Ya, dia salah mengira aku cemburu.

"Danu, Danu," panggilku.
"Ya?" Danu menyedot cappucinno.
"Aku putus aja deh ya sama Raka," kataku.
"Lho kenapa? Kan udah setahun gitu, gak sayang?" tanya Danu.
"Gak ah! Udah gak ada feeling, Dan. Biarin aja deh Raka sama Prisil, kali aja emang Raka maunya si Prisil. Toh sekarang mereka seneng-seneng. Kasian juga kalo mereka harus main rahasia-rahasiaan terus," aku menjelaskan. Danu terdengar hanya manggut-manggut.

Kira-kira semenit aku dan Danu hanya diam. Aku memejamkan mata sambil merasakan angin yang membelai rambutku dan menghirup udara dalam-dalam. Sedangkan Danu, kurasa ia asik dengan headphone-nya.
"Nan..." giliran Danu yang memanggilku.
"Apaan?" aku terduduk tegak.
"Tau lagu ini gak?" tanya Danu sambil memasangkan headphone-nya padaku.

Yaya, aku familiar dengan lagu ini. Hmm...mendengar lagu ini sama saja dengan merasakan sensasi suasana pantai dengan ombak yang berdebur lembut serta angin pantai yang khas. Ya, aku suka lagu ini!
"Lucky!" seruku menyebutkan judul lagu yang diperdengarkan Danu.
"Iya, lucky i'm in love with you, my bestfriend..." ucap Danu mengutip lirik lagu Lucky.
"Hm?" aku bergumam.
"Putus aja sama Raka, aku siap jadi penggantinya!" kata Danu dengan lantang.
"Danu...." seseorang berujar pelan di belakang kami. Refleks, aku dan Danu menoleh.
"Prisil!!" jerit kami berdua.
"Sori, Nan. Tapi aku udah denger yang barusan," kali ini Raka yang bicara.
"Denger yang bagian mana?" tanyaku santai.
"Aku minta maaf, tapi ternyata aku sayangnya sama Prisil, Nan..." ucap Raka.
"Aku tau. Gak papalah. Kita putus, tapi kamu sama Prisil harus awet!" pesanku tanpa basa-basi.
"Eh, aku jahat banget ya, Nan..." Prisil angkat bicara.
"Iya, jahat banget! Tapi, gak papa deh," aku memafkan Prisil dan bangkit memberinya selamat.

Malam itu cukup lucu, aku merelakan Raka dengan Prisil sementara Danu sepertinya belum menyelesaikan ucapannya karena kehadiran Prisil dan Raka. Aku tau maksud Danu, tapi tidak. Meskipun aku sayang pada Danu, tapi aku tidak mau jadi orang yang nantinya bisa menyakiti hatinya. Aku cukuplah jadi orang yang akan selalu ada di sampingnya sebagai sahabat, bukan pacar. Walau awalnya ini mungkin akan menyakiti hati Danu, namun aku akan meyakinkan dia bahwa bersahabat jauh lebih indah! Toh tipe seperti Danu bukan tipe pacar yang ku mau. Haha...

But at least, I always love you, Danu! Don't worry. But if you'd be my boyfriend, my love for you is not forever, notice that, Boy!

Yaya, malam di taman itu harus dikhiri dengan pelukan Teletubies!
Longlast ya buat my ex and my lovely-cute-bestfriend (˘⌣˘)ε˘`)!

Well, akhir yang kayak gini yang aku suka! Gak ada yang sakit hati, gak ada yang dendam, tapi yaaah ada yang memendam. Danu, Danu...sini aku cium juga (˘⌣˘)ε˘`)! haha...




Comments