setelah 'Aku dan Kamu' bukanlah 'Kita'

Aku. Di bawah naungan malam terduduk sendiri. Ada yang melayang dari aku. Pikirku.

Kamu. Entah di mana, namun di hati dan benakku ada kamu. Mungkin kamu sedang tersenyum, tapi aku termenung.

Aku. Anganku terbang jauh kembali mundur. Menculik lagi kenangan yang tersisa. Mebuat hati pilu dan rindu membumbung tak tahu arahnya ke mana.

Kamu. Di sana bisa jadi telah lupakan yang menyakitkanmu. Mungkin sedang berusaha mengembara mencari singgahan yang lebih baik. Semoga kau mampu.

Aku. Dari sini berusaha mengintip langit, menembus pekatnya malam, melawan meteor, melompati asteroid-asteroid. Mencari sesuatu yang mungkin bisa menjadi jawaban atas pertanyaanku. Tentang kamu. Dan aku.

Masih aku. Berusaha mencari sesuatu yang salah dan memperbaikinya. Agar semua baik-baik saja seperti sebelumnya.

Kini pikirku. Apa kesalahan yang membuat jarak di antara aku dan kamu setelah itu semakin jauh seperti dua kutub magnet yang sama yang kemudian saling tolak-menolak dan tidak akan pernah menyatu? Aku tidak mau seperti itu.

Pikirku lagi. Mungkinkah aku akan bisa merajut benang di antara kita dan kemudian persahabatan akan lahir? Mungkinkah ujung benang yang lain akan bisa terikat di kamu? Dan jarum yang tajam tidak akan pernah melukai kedua dari kita? Sungguh itulah harapanku tanpa tanda dan kalimat tanya yang menyiksa.
Mengapa. Setelah aku dan kamu bukanlah kita, seperti ada yang belum terlaksana. Setelah aku dan kamu bukanlah kita, mengapa dunia terasa berbeda. Setelah aku dan kamu tidak bertautan hati, bisakah kita bertautan jari kelingking?

Aku. Hingga detik ini belum dapat menemukan benang yang cocok untuk merajut kembali jarak yang terlalu jauh antara aku dan kamu.

Aku. Mungkinkah aku terjebak dalam langkahku yang tak terpijak dengan tepat?

Kamu. Entah. Sungguh entah. Aku tak tahu bagaimana kamu. Aku tak tahu mengapa kamu. Aku tak mengerti aku dan kamu setelah aku dan kamu bukanlah kita.

...

Aku. Kadang berpikir aku yang bersalah. Kemudian menuduh kamu yang salah. Atau di suatu sekon, aku dan kamu yang salah.

Dan aku tak pernah mengerti mengapa aku pernah rindu kamu lagi setelah aku dan kamu bukanlah kita. Tapi setelah bertemu atau melihat kamu, aku merasa kesal. Itu yang tak dapat ditafsirkan alam sadarku. Dan pertemuan aku dan kamu, itu konsep semesta yang penuh misteri. Menyiksa sekali.

Kamu. Aku tak tahu apapun tentang kamu kecuali kenangan yang diculik anganku. Dan aku benci mengingat hal yang ingin ku lupakan. Tentang kamu.

Karena tentang kamu yang diculik anganku membuatku sulit melangkah maju dan membuka hati untuk pelabuh yang baru. Terima kasih.

Demi aku. Demi hati ini. Demi kebaikan selanjutnya. Akan aku usahakan membiarkan beberapa penculik hati memburu hati ini. Hati yang tak tahu arah, seperti plastik yang tertiup angin entah ke mana. Nantinya aku akan terjebak pada satu atau dua penculik hati yang akan bisa membuatku lepaskan anganku yang selalu berusaha kembali mundur menculik kenangan tentang kamu.

Aku dan kamu. Semoga setelah hari ini aku dan kamu bisa berjalan sendiri-sendiri tanpa aku yang berusaha mencari benang yang cocok untuk aku merajut jarak di antara kita.

-

Comments

  1. Replies
    1. masa iya mbak epa?? :OOO
      dari lubuk hati yang paling dalam soalnya #tssah ~ ;;)

      Delete

Post a Comment