Night Note

"Setiap manusia punya dua sisi yang berbeda. Sisi yang satu untuk diperlihatkan pada dunia, sedangkan sisi satunya lagi untuk dipendam sendiri."

Quotes yang sangat saya setujui, tapi banyak pertanyaan-pertanyaan aneh yang mengikutinya.
Well, emang susah nunjukin ke dunia bagaimana kita sebenarnya. Tapi, hidup dalam kebohongan itu sama sekali gak ada gunanya. Percuma. Buat apa hidup sebagai bukan diri kita? Hidup cuma sekali. Oke, kita bicara tentang hidup yang fana, bukan yang kekal.

Sejak baca quotes itu, saya jadi mikir... berapa banyak orang yang saya kenal yang tanpa sadar menggunakan prinsip itu?

Saya sendiri mengklaim diri saya sebagai salah satu dari penganut prinsip itu. Tapi... saya masih berpikir dua kali. Kemudian... saya mikir lagi... nggak ada salahnya, tapi kurang gimana gitu sih. Capek juga mendem “sisi satu lagi” sendiri. Kenapa mesti repot-repot nyembunyiin pribadi yang merupakan bagian dari diri kita sama kehidupan kita sendiri? Bukannya lebih bagus kalo kita jadi diri kita sendiri seutuhnya?

Ngomongin tentang itu... yah, jadi kepikiran aja gitu. Apakah cuma saya yang begitu?

Oke. Terlalu egois ato terlalu cuekkah sampe nggak nyadar bahwa masih banyak orang di dunia ini yang keberadaannya pengen diakui dan dianggap? Jangankan untuk mikirin bermiliaran orang di dunia, orang yang di sekitar aja belum tentu diperhatiin. Silakan jitak saya.

Hello, world! Why you didn’t tell me that someone’s here need a claim for herself?

Dan ternyata... saya terlalu egois untuk mulai mikirin orang lain.

Sendiri itu emang bikin tenang, tapi nggak bikin lebih baik. Sendiri itu emang simpel, tapi nggak buat perubahan apapun. Kadang emang harus lebih bijak lagi dalam hidup. Lebih bijak untuk mau mengerti orang lain dan menghargai apa yang udah mereka lakuin, bukan hanya yang mereka perlihatkan, tapi juga apa yang mereka siratkan. Bukan hanya apa yang mereka hasilkan, tapi juga apa yang mereka udah usahakan.

Haum...

Bisa mewek kalo mikirin seseorang. Bukan, maaf bukan pacar. Seringkali sosok pacar itu terlalu sia-sia buat ditangisin, yaaah saya nggak akan munafik kalo bilang nggak pernah. Tapi, untuk nangisin seseorang yang ini, setiap tetes air mata yang jatuh rasanya lebih berharga. Ehm.

Aliens, you know what? I’m start to think about her feelings, what does she feel, and how does she want to treat. Lately, I realized that she is too pure to express her feelings, not by saying but writting.

Yeah, seringkali kita nggak pernah mau repot-repot mikir kan ya tentang gimana rapuhnya seseorang yang sebenarnya. Tapi, sesuatu udah merubah jalan pikiran saya.

Kita nggak bakal pernah tau kalo kita nggak bener-bener mau tau. Dan kalo pun kita kebetulan tau, itu nggak sia-sia. Karena dengan tau, kita bisa lebih bijak dalam menentukan sikap.

Nggak semua keinginan orang di dunia ini berani diungkapkan secara gamblang. Ada sebagian besar dari kita yang pengen sesuatu tapi menyatakannya itu dengan cara yang tersirat. Well, nggak semua orang bakal ngerti tanpa tau.

Belakangan saya bersyukur karena sifat kepo saya. Saya nggak pernah bilang kepo itu nggak berguna. Jadi, kepo itu di saat yang pas bisa jadi sangat berguna. Berguna untuk kehidupan orang lain. Itu yang penting.

Orang sering bilang gini, “Dia sebenarnya nggak sekuat itu.”
Oke, itu kalimat ngarang. Tapi bener dong ya, banyak orang yang sering ngomong gitu. Iya, kan? Iya. Pasti.

Kenapa mereka ngomong begitu? Karena mereka tau. Yap, TAU. Mengetahui hal yang yang nggak banyak orang tau, bahkan nggak satu orang pun tau. Kecuali mereka yang maksa buat tau, bahkan tanpa sepengetahuan orang yang bersangkutan.

Inilah kenapa saya sangat berminat untuk mengambil jurusan Psikologi. Karena ingin memahami orang lain lebih dalam dan membuat mereka merasa lebih baik di dunia ini, tanpa merasa dikucilkan ato pun nggak dianggap. Saya punya klien yang sangat kuat saat ini, dan saya bakal berusaha menyembuhkan dia. Psikisnya dia terutama.

Mungkin saya emang sering ngerasa sakit psikis, tapi saya tau kalo itu nggak seberapa. Tapi klien saya ini sepertinya lebih membutuhkan support dan ke-pengertian-an. I’ll try to fix her. I promise.

Jadi pesan saya adalah... buka mata lebih lebar untuk melihat apa yang ada di sekeliling kita. Bukan, bukan mata yang ada dua, melainkan mata yang nggak bisa dilihat namun bisa sangat jeli untuk melihat apa yang nggak terlihat. You know that ya! Itu lho... mata hati. Haelah~

Jadi gitu, jadi orang yaaa jangan cuek-cuek parah lah ya. Punya hati kan? Sadar dong kalo hati bisa juga punya mata. Ya itu, manfaatin mata hati itu buat melihat seseorang jauh ke dalam hatinya dia. Kalo bisa sih pake juga “telinga hati” buat mendengar jeritan hati orang lain. Kan banyak yang bilang hati itu nggak bisa bohong, which is selalu jujur. So... do you get what I mean? Ya, nggak selamanya apa yang lidah katakan itu kejujuran, tapi jeritan hati itu nggak bakal pernah bisa bohong. Like pepatah said, “Lidah tak bertulang.”

Udah gitu... ya, beberapa tetes air mata itu saya jatuhkan dengan tulus. Itu bukan karena galau ato apa ya, tapi itu karena saya tersentuh. Sesuatu yang dibuat dengan tulus bisa bikin hati sangat tersentuh sehingga air mata yang menetes pun rasanya pantas untuk sebuah ketulusan.

Sumpah ni... demi langit malam ini yang berbintang (karena nulis aslinya malem), saya mendadak speechless setelah mengetahui apa yang sebelumnya saya nggak tau.

Sekali lagi, bersikaplah kita lebih bijak untuk nggak cuek-cuek amat sama orang lain!

Sayonara


5.6.2013 

Comments