Star Watcher Girl // Gadis Pengamat Bintang

Ia selalu di sana. Setiap malam. Hanya diam dan diam. Matanya menerawang jauh ke angkasa luas. Dan ia selalu sendiri, namun tak pernah sungguhan sendirian. Karena ia berteman dengan seluruh bintang dan bulan di langit dan semua yang ada di langit malam.

Selalu. Saat malam mulai menculik senja, ia terlihat lebih bersemangat. Dan saat bulan terbit bersama Venus, hatinya berdentum seperti marching band. Dan saat langit mulai gelap, kakinya selalu dihentakkan. Dan saat bintang-bintang mulai berkelip, matanya berbinar seakan sedang menari.

Ia selalu suka. Berbaring di bawah hamparan langit berjuta bintang. Matanya menatap lepas, seakan menyapu seluruh langit, mengabsen setiap bintang, dan berbicara pada bintang-bintang.

Ia tak pernah lupa membawa teleskopnya. Teleskop pemberian kakeknya. Kakeknya yang mengenalkannya pada jalan yang gelap. Jalanan yang hanya diterangi cahaya bulan purnama. Jalanan yang hanya ditemani kunang-kunang dan bintang-bintang. Jalanan yang kini menjadi pilihannya. Pengamat bintang.



Ia menatap langit malam seolah berjumpa kawan lama. Ia selalu menatap langit malam dengan rindu yang terdalam. Menatapnya seolah tak akan mengizinkannya pergi lagi meski ada janji untuk kembali yang selalu ditepati.

Ia menatap langit malam penuh kekaguman. Selalu. Dalam hatinya selalu terdengar jeritan yang seolah tak akan pernah habis untuk meneriakkan betapa ia kagum pada sebuah ciptaan Tuhan.

Ia tak pernah sendiri. Ia memiliki sejuta bintang yang tak pernah pergi darinya walau langit tak gelap. Ia memiliki sejuta bintang yang selalu bernyanyi bersamanya-ia bersenandung dan bintang berkelip-. Ia begitu mencintai bintang-bintang sebagaimana kakeknya mencintai mereka.

Saat langit malam  tertutupi awan, rindu dalam hatinya kian menggunung. Saat malam ditemani rinai hujan, matanya pun basah. Saat malam tak mengizinkannya bermain, ia mengadu pada kakeknya di surga. Dan ia selalu percaya pada hal-hal yang orang lain katakan sebagai hal yang kekanak-kanakan. Karena ia tahu, apa yang mereka katakan itu salah.

Ia selalu bercerita pada bintang. Bercerita apa saja. Tentang harinya, hatinya, pikirannya, mimpinya, angannya, harapannya, perasaannya, dan cintanya.

Dan ia, gadis pengamat bintang, selalu menjadi dirinya dengan bintang-bintangnya hingga akhirnya ia menemukan satu bintang yang terus bersinar di dalam hatinya. Bintang itu bukan dari langit, namun tentu saja ciptaan Tuhan. Bintang itu... seorang yang mengenalkannya pada sebuah ciptaan Tuhan yang juga indah, cinta. 

Comments