Gerimis di Malam Hari

Gerimis yang menyapu malam. Entah apa yang merasukiku, ku rasa sebuah rindu menyusup dan memaksa masuk ke dalam relung hati. Mungkin saja hembusan angin yang dingin ini merupakan salam darimu yang membelai lembut wajahku.

Mataku menerawang, menatap langit-langit kamar dalam kegelapan yang memeluk. Dinginnya malam yang gerimis ini membuatku ingin mengulang saat-saat aku dan dirimu merasakan kehangatan kita. Saat aku merasakan kehangatan yang menyeluruh ketika berada dalam dekapanmu.

Tangan-tanganku yang saling ku gosokkan untuk mengusir dingin yang coba menggenggam mulai mampu rasakan kebutuhan akan jemarimu yang akan mengisi sela-sela jemariku lalu mengikat sebuah kekuatan yang mengusir setiap rasa dingin yang coba mendekat.

Entah mengapa, sejak saat itu, saat terakhir aku dan dirimu bersua, aku mulai merasa ada yang janggal. Ada bibit-bibit rindu yang tak biasa yang mulai muncul dan kian hari tumbuh semakin nyata. Entah mengapa, sejak saat itu, aku ingin menambah satu jam lagi, atau lebih dari itu, agar kepergianmu tak lekas.

Aku selalu ingat saat-saat di mana kau berikan sebuah senyuman hangat yang mampu menenangkan aku yang gelisah atau khawatir. Aku pun selalu ingat saat-saat di mana kau berikan pundakmu yang nyaman itu untuk sebuah kantuk yang buatku tak mampu menahan kepalaku untuk terkulai. Dan, tentu saja, aku selalu ingat saat tanganmu itu mengelus kepalaku dengan sayang.

Ah, pikiranku yang nakal mulai mengulang ketika pertama aku merasa tertarik padamu hanya karena sepotong pizza. Dan, oh, dia mulai menggangguku dengan ingatan tentang bagaimana aku berusaha mencuri perhatianmu di sela pertandingan futsal waktu itu. Hei! Dia mulai membawaku pada waktu-waktu di mana aku terlihat begitu konyol karena melakukan hal-hal yang tak masuk akal. Oh... dia memutar segala hal ketika aku mulai masuk dalam perangkap cinta yang semanis kembang gula. Hmm... perangkap cinta semanis kembang gula darimu.

Aku berbaring di atas ranjang tidurku dengan guling di kedua sisi dan sebuah bantal empuk menyangga kepalaku. Ku rasa... bahkan selimutku yang tebal dan lembut ini tak mampu mengalahkan rasa nyaman saat sedang bersamamu.

Hmm... Hai! Apa kabar kau di sana? Apakah kau sedang berbaring dan masih terjaga sepertiku? Apa yang sedang berkeliaran dalam pikiranmu yang penuh dengan fantasi itu saat ini? Apa yang sedang bergejolak dalam hatimu yang selalu peka terhadap aku? Apa kabar dirimu yang menyayangiku? Aku ingin kau tau bahwa aku akan selalu menyayangimu sepanjang kau menyayangiku, bahkan mungkin hingga kau tak menyayangiku lagi, eh.

Malamnya semakin larut dan aku masih saja selalu begini semenjak kau pergi, susah tidur. Aku masih susah melepas kebiasaan mendengarkan suaramu sebelum tidur. Suaramu yang berat dan membuat telingaku seakan mendengar lagu nina bobo. Suaramu yang penuh kasih yang seolah membuaiku sebelum beranjak untuk bermimpi. Tentu saja mimpi indah tentang kita. Suaramu yang dengan sepenuh hati menyampaikan isi hatimu itu, kau menyayangiku.

Aku berusaha memejamkan mata untuk memancing kantuk, namun apa yang datang? Wajahmu. Mengapa selalu begitu? Ah, itu karena aku mencintaimu.

Dalam gelapnya mata terpejam, aku melihat wajahmu. Itu membuatku semakin merasakan bahwa rinduku akan dirimu semakin menjadi-jadi. Pada saat yang sama, itu membuatku tak ingin membuka mata lagi. Membuatku ingin segera berpindah ke alam mimpi di mana hanya ada aku dan kamu dan cerita indah tentang kita.

Saat aku akan mulai terlelap, ku dengar gerimis di luar sudah mereda. Bukannya suara kodok yang bersahutan, aku mendengar nyanyian jangkrik yang meramaikan malam. Dan seketika itu aku langsung mengingat hal lain tentangmu, jangkrik. Kau menyukai jangkrik, entah mengapa. Dan katamu, ketika malam aku merasa sepi, dengarkanlah nyanyian jangkrin. Karena, katamu, bersamaan dengan itu ada alunan rindu darimu untukku. Dan, katamu, percayalah bahwa jangkrik-jangkrik itu tak akan berhenti sebelum aku terlelap karena mereka sepertimu, selalu menemaniku.

Sembari mendengarkan alunan rindumu bersama nyanyian jangkrik malam itu, aku memejamkan mata dan mulai terlelap.

Hei, aku merindukanmu lagi malam ini! Tidakkah kau merindukanku juga? Ku harap waktu cepat berlalu hingga masa perpisahan kita ini lekas selesai dan kita akan bertemu lagi, menghabiskan waktu bersama lagi.
Mmm... sudahkah aku mengatakan aku merindukanmu lagi?
Dan... oh, tentu saja aku menyayangimu! Selalu.
Hei, selamat tidur, ya!

Comments