This.

Kita tidak bisa mengharapkan ada orang yang akan dengan benar memahami isi tulisan atau karya kita. Sebuah kesalahpahaman adalah hal biasa yang menjadi santapan rutin seorang penulis. Entah pembaca itu orang asing atau orang terdekat sekali pun, semua harus diterima.

Terkadang, meski kita sudah memaparkan yang sebenarnya, tetap saja, mengubah persepsi dan perspektif orang lain itu sulit. Apa yang mereka alami, lalui, baca, dengar, rasa, dan lihat tak pernah bisa selalu sama dengan kita. Jangan salahkan persepsi dan perspektif orang lain. Hargai saja, seperti yang kita harapkan pada orang lain.

Hidup tak selalu berjalan mulus, kan? Semua hobi atau profesi selalu ada cobaannya. Menjadi penulis, salah satu cobaannya mungkin ini: timbulnya kesalahpahaman atas kesalah-tafsiran dari seorang pembaca. Baiklah, di negara demokrasi ini saya tentu harus menghargai pendapat, persepsi, dan perspektif orang lain.

Cepat atau lambat, atau tak akan pernah untuk selamanya, mereka akan merubah perspektif mereka, atau tidak sama sekali. Ketika mereka tidak akan pernah mengerti, mungkin memang persepsi dan perspektif kita dengan mereka berbanding terbalik. Iya atau tidak, benar atau salah, berhenti atau lanjut, semua adalah pilihan dan wajar jika kita memilih, dam tak pernah salah selama perspektif kita menyatakan benar.

Menjadi (calon) penulis tidak mudah ketika sebagian besar inspirasi datang dari masa lalu yang melibatkan seseorang yang cukup beresiko dengan seseorang demi masa depan. Bisa atau tidak, jika tepat, maka semua akan bisa, dan sebaliknya.

Akhirnya, inspirasi adalah inspirasi. Kedatangannya tak bisa diduga-duga dan ditolak. Kedatangannya pun tak bisa dipaksakan. Ketika dia datang, (seringkali) hanya pena, kertas, hatimu, dan Tuhan yang mengerti dengan utuh.

Comments