THE ESCAPE OF THE ESCAPER: ESCAPING!

Saya tidak mengerti kenapa saya orangnya cepat sekali salah mood  atau kesal karena hal-hal kecil yang orang lain tidak sengaja lakukan. Bahkan saya sering kesal sendiri kalau terlambat bangun pagi, kalau orang rumah menyepi (re: tidur siang di saat saya tidak mengantuk), kalau orang rumah senang-senang sementara saya tidak tau alasannya dan tidak bisa ikut senang-senang, kalau orang rumah tidur malam lebih awal sehingga saya begadang sendirian dengan TV dan/atau laptop yang menyala. Saya memang menyebalkan!

Kalau saya sudah kesal sendiri tanpa alasan yang jelas, saya mulai jadi orang yang paling tonjok­-able karena siapapun yang bicara dengan saya akan saya sahuti dengan kata-kata yang paling bisa bikin orang kesal. Daripada menyakiti hati orang dengan salah kata, maka saya kalau sedang kesal sendiri cukup membungkam saja. Apapun kata orang tentang kembungkaman saya tidak akan sepadan rasanya dengan kata-kata yang akan saya ucapkan pada mereka, yang bisa-bisa membuat mereka sangat sakit hati. He he.

Sembari menunggu si kesal itu menjauh dari saya dan mengembalikan si mood baik pada saya, saya lebih baik tidak berinteraksi dengan siapa-siapa. Maksudnya, dengan benda hidup. Lebih baik berkutat dengan benda-benda mati, seperti buku, laptop, hape, pengeras suara, hard disk,  dsb. Dengan begitu saya tidak akan menyakiti hati siapapun dengan kata-kata. Tapi bisa jadi saya salah, karena sikap pun bisa membuat orang lain sakit hati, kan? Cukup riskan. Tapi menurut saya lebih baik tidak menyakiti orang dengan tidak bicara.


Ketika menutup diri dari benda hidup, saya berusaha menetralisir diri saya yang sedang kesal tanpa alasan. Bagaimana? Dengan mengeluarkan pikiran-pikiran negatif yang membuat saya jadi orang yang menyebalkan. Kan kalau sedang kesal mesti bawaannya mau ngomel-ngomel nggak jelas juga, tapi kata-kata bisa menyakitkan hati orang lain, lagipula mau ngomel sama siapa? Maka dari itulah pelarian pertama saya kalau sedang 'kumat' adalah menulis atau mengetik.

Menulis atau mengetik tidak beda fungsinya. Saya mencoba untuk diskusi dengan diri saya yang lain melalui tulisan. Saya mencoba untuk mengeluarkan omelan-omelan pada secarik kertas atau pada selembar document di Ms. Word (seringnya sih WordPad). Semua saya keluarkan (kadang) tanpa berpikir apakah itu pantas atau tidak untuk dikeluarkan karena terkadang omelan saya terkesan kurang ajar. Tapi tak apa, toh sampah memang harus dibuang.

Setelah selesai mengomel seperti itu saya merasa lebih ringan. Mood baik rasanya semakin dekat. Saya bisa untuk bersikap sedikit baik kepada orang sekitar. Kalau itu belum selesai, saya butuh pelarian lain.

Secangkir kopi. Kopi hitam, boleh. Kopi putih juga boleh. Kali ini saya memilih kopi putih yang ditambahi bubuk kopi hitam setengah sendok teh. Rasa pahit kopi yang agak jahat memang saya butuhkan untuk meringankan beratnya sebuah kesal tak beralasan yang sedang kumat.

Kopi seperti sebuah pelampiasan yang agak beresiko menurut saya. Sebagai orang yang punya penyakit maag, minum kopi adalah hal keramat, banyak syaratnya; makan nasi dulu sebelum minum kopi, perut nggak boleh kosong kalo mau minum kopi, harus ada cemilannya kalo mau ngopi, dsb. Tapi saya yang keras kepala ini akan lebih menuruti ego untuk ngopi kapan pun saya butuh, kecuali ketika maag sedang kambuh. :v

Rasa yang diciptakan oleh secangkir kopi pagi ini membuat mood saya membaik, ditambah dengan mengetik tulisan ini. Rasanya seperti membuka tirai ke dunia yang tersembunyi di balik dunia yang seringkali membuat saya kesal tanpa sebab ini. Satu lagi pelarian saya untuk melengkapi mengetik dan ngopi adalah mendengar lagu sambil karaoke.

Saya sangat sadar bahwa suara saya lebih banyak nada falsnya ketimbang merdunya, vibra pun sering dipaksakan, ha ha. Tapi siapa yang tidak suka menyanyi? Karaoke yang saya maksud di sini adalah mengetik sambil menyeruput kopi (yang cepat sekali mendingin) sambil mendengar lagu dan ikut menyanyi sambil menyontek liriknya. Meskipun suara pas-pasan, tapi (hal ini agak saya kurang mengerti) di saat sedang low mood suara saya bisa menjadi sedikit lebih baik. Setidaknya itulah yang saya rasa saya dengar. xD

Masalah genre lagu sangat berarti. Tidak sembarang lagu bisa dijadikan pelarian. Lagu-lagu tertentu saja. Contohnya seperti lagu yang baru-baru ini saya download karena masih senang mendengarnya, bisa juga lagu-lagu yang sudah agak lawas tapi masih easy listening dan easy singing. Sederhana  saja, tinggal mengikuti kata hati yang menyampaikan maunya telinga.

Kalau dulu, ada sebuah pelarian yang sering saya lakukan, tapi sekarang sudah insyaf adalah melajukan motor dengan kecepatan tinggi. Itu terasa nikmat sekali, seperti melepas kekesalan dan melaju kencang supaya kekesalan yang sudah dibuang tidak bisa mengejar lagi. Sekarang sudah saya buang dari daftar pelarian karena terlalu berbahaya, zaman sekarang jalan raya sudah lebih ramai dari zaman pelarian itu masih berlaku. Kalau hanya semakin ramai sepertinya tidak terlalu menjadi masalah, tapi kalau yang meramaikan adalah anak-anak muda yang naik motor tanpa helm dan ugal-ugalan? Maaf saja, saya masih ingin menggapai mimpi saya, he he. Jalanan sekarang ini sungguh berbahaya, mengendarai motor dengan benar pun masih bisa kecelakaan karena kecerobohan orang lain. Sungguh bijak rasanya menghapus ngebut dari daftar pelarian.

Ah! Ada satu pelarian yang agak berat saya pilih karena akan menyebabkan keberatan. Pelarian itu adalah ... JENG JENG JENG!!! ...
.
.
.
.
.
Makan!
Iya, makan. Rata-rata 'kan kalau sedang kesal bawannya pengen makan terus, kan? Nah, saya juga begitu. Kadang-kadang. Ini sangat berbahaya karena bisa menyebabkan naiknya berat badan which is menggendut or ndutan atau dengan kata lain bisa menyebabkan kekesalan lainnya, yaitu celana mengecil atau baju menyempit. Ha ha ha. Benar, kan? Jadi untuk melakukan pelarian yang satu ini, saya harus sangat berhati-hati.

Pelarian lainnya yang agak sulit dilakukan karena ada banyak persyaratan yang harus terpenuhi adalah jalan-jalan. Jalan-jalan untuk sekedar melihat pemandangan lain dan menikmati jalanan panjang memang bisa membuat mood lebih baik. Tapi harganya mahal! Premium pun mahal, kan? Belum lagi kalau lapar, atau haus, atau kebelet pipis (pipis kan bayar juga, kecuali di masjid atau pom bensin :D). Satu lagi, nggak asik kalo jalan-jalan sendiri, jadi butuh partner. Nah, itu beberapa syarat yang agak mutlak untuk dipenuhi jika memilih pelarian jalan-jalan. Saya persingkat syaratnya, ya... jalan-jalan itu akan butuh budget and partner.

Saya pernah nekat melakukan pelarian jalan-jalan dengan modal, ya, nekat (re: duit tipis, no partner). Jadi dengan modal bensin yang ada di tangki dan jalanan panjang. Namanya juga jalan-jalan. Ketika itu sepulang kampus (atau sekolah, ya? Agak lupa) saya sedang sangat unmood untuk lekas pulang. Jadi saya memilih jalan pulang yang agak panjang dan lama. Tidak, saya sama sekali tidak ngebut karena kalau ngebut artinya sampai di rumah lebih cepat dan itulah yang saya hindari. Pelan-pelan saja jalannya. Dengan mengendarai motor pelan-pelan sambil menikmati jalanan panjang nan sepi, saya merasa agak tenang. Kalau sudah begitu, pulang ke rumah pun tidak terlalu menjadi masalah. Songong, ya? Hmm....

Saya memang orang yang menyebalkan karena sering kesal tanpa alasan yang jelas dan tiba-tiba. Tapi saya tidak akan jahat dengan melampiaskan kekesalan kepada orang lain yang innocent, selain karena itu dosa, itu juga akan membuat kekesalan saya semakin ganas. Tidak ada salahnya untuk mencari atau menemukan atau melakukan suatu pelarian. Wong tujuannnya baik, bukankah hal baik itu patut untuk dilakukan? :P

Pelarian memang identik dengan sifat pengecut, ya (?) Tapi kadang seorang yang bukan pengecut juga butuh pelarian untuk menstabilkan diri dan menghindari untuk menyakiti orang lain. Pelarian setiap orang berbeda-beda, tergantung pada kebiasaan dan kebutuhan, juga kemampuan dan alasan kesalnya. Pelarian tidak selalu negatif selama tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Jadi, tentukan pelarianmu sebelum kamu melampiaskannya pada orang lain! *provokator mode: on* Kamu. Iya, kamu. :3

Realisasi nyata dari tulisan ini adalah ... keadaan mood saya yang membaik dan mulai stabil. Di awal tulisan ini mood  saya sangat tidak patut. Tapi berkat kontribusi secangkir kopi dan karaoke beberapa lagu semua mulai membaik. Dengan mengetik, saya bisa menambah materi tulisan untuk blog dan seperti ... membuka tirai menuju dunia lain dan menemui diri saya yang lain yang lebih stabil. Everything will be okay at the end :)

Jadi, apa saja pelarianmu? (~^o^)~

31.07.'15
09:36

Comments