Catatan (sebagai) Mahasiswa

Aloha! Liburan akan segera habis, nih! Belum sempat liat jadwal kuliah, tapi kayaknya emang belum ditempel, deh... Tapi kalo liat daftar mata kuliah untuk semester lima di Kartu Rencana Studi (KRS), sih, kayaknya bakal jauh lebih menantang daripada mata kuliah di semester empat. Ya, siap-siap aja.... Kalo kata Pak Pimum dan Bu Bendum waktu rapat tadi, "Untuk yang semester tiga, welcome to the jungle. Kalo yang semester lima, welcome to the hell." Agak kejam, tapi bukannya keder, saya malah penasaran gimana semester lima yang akan sebentar lagi. *gosok-gosok telapak tangan*

Saya akan mengawali catatan ini dengan berbagi pengalaman sebagai mahasiswa selama hampir dua tahun setengah. Ya, menurut saya bedanya waktu jadi siswa dan mahasiswa adalah... jam kosong sebagai mahasiswa rasanya lebih banyak ketimbang waktu jadi siswa. Yak! Itulah yang tiba-tiba pagi tadi saat menyapu meresap dalam otak saya. Saya jadi merenungi banyak hal terkait dengan waktu luang yang banyak itu.

Pertama, ngomongin adek-adek mahasiswa baru dulu, ya. Tahun lalu, ada isu kalau para mahasiswa baru akan dibolehkan bergabung dalam unit-unit kegiatan mahasiswa setelah melewati tahun pertama mereka sebagai mahasiswa. Saya kurang ingat dengan alasannya, tapi menurut saya itu sama saja dengan pembatasan kebebasan mahasiswa baru untuk mengembangkan diri.

Seperti yang saya tahu, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di kampus adalah wadah bagi mahasiswa untuk menyalurkan dan mengembangkan minat dan bakat. Jadi, betapa akan sangat baiknya jika mahasiswa baru tidak ditahan-tahan untuk berkembang, kan?

Nah, UKM di kampus saya ada lima: MT Al-Kahfi; Teater Putih; Musik; Pena Kampus; dan Olah Raga. Kebetulan saya bergabung di Pena Kampus. Pena Kampus sendiri adalah Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) yang bergerak di bidang penalaran dan jurnalistik. Kerjaan kita adalah meliput berita seputar kampus dan menerbitkannya dalam bentuk cetak (newsletter, buletin, dan majalah) dan elektronik (blog, Youtube). Saya tertarik dengan Pena karena dari dulu saya sering main jadi reporter berita, suka baca berita ala-ala news anchor gitu.  Selain itu, saya juga kan demen nulis, jadi seperti menemukan jalur untuk passion. Begitulah... banyaklah yang bikin ngerasa klop sama Pena. #ciyee

Saya bukan orang yang suka untuk "keluar jalur". Meskipun banyak yang bilang belum hidup namanya kalo masih di comfort zone, tapi saya rasa kita semua berhak untuk memilih apa saja yang membuat kita bahagia. #tssah Dan meskipun dalam comfort zone, tetap saja pasti ada tantangan-tantangan tersendiri. Saya kadang memang ingin keluar dari comfort zone, tapi kalau saya tidak ingin, ya, tidak ingin. Namanya juga comfort zone, untuk keluar tuh mager... Ah, tetap saja... senyaman-nyamannya comfort zone, pasti kita akan menemukan tantangan tersendiri untuk diri kita pada bidang yang membuat kita nyaman.

UKM sendiri sangat bermanfaat untuk mengembangkan diri. Menurut saya, UKM itu membuat kita tidak melulu disibukkan dengan hal monoton yang belum tentu menjamin, yaitu akademis. Memang, orang pintar akan banyak dicari kelak, tapi bagaimana dengan orang-orang yang tidak terlalu mengorientasikan "pintar" dalam segala hal (saya kadang termasuk)? Dalam bekerja nanti pun, keahlian dan pengalaman akan menjadi nilai plus yang sangat membantu dalam memberikan timbangan berat pada kemungkinan baik bahwa kita akan diperhitungkan. Kalau hanya terpaku pada nilai dan IPK kuliah, menurut saya tidak terlalu menjamin begitu saja, kecuali mungkin kenal orang dalam, seperti yang seringkali terjadi. Kita tidak bisa menutup mata, kan, atas tindak Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang kerap terjadi di negara tercintah ini. Akui saja, iya, kan?

Membahas nilai dan IPK, orang yang jarang belajar pun bisa dapat nilai dan meraih IPK tinggi. Orang yang jarang belajar (maaf) dalam artian malas, ya. Banyak cara-lah kalau untuk meraih nilai dan IPK tinggi. Kecurangan dalam bentuk mencontek tidak bisa dipungkiri. Saya dulu pernah menjadi oknum dalam tindakan tersebut, tapi syukurnya saya cepat sadar bahwa nilai bagus tidak akan membantu banyak ketika saya tidak mendapat esensi dari apa yang saya pelajari. Bukankah lebih baik jika nilai kita bagus karena kita memahami apa yang kita pelajari? Ayo, berlaku jujurlah pada diri sendiri! Masa sama diri sendiri aja membohongi, sih? Dimulai dari kesadaran itulah saya akan berusaha untuk serius dalam belajar. #ehem

Belajar dengan serius itu, bagi saya, gampang-gampang-susah. Masalahnya, saya tidak suka dipaksa. Kalau tidak suka dengan mata kuliah tertentu, ya, saya tidak akan terlalu menekan diri saya untuk memahaminya. Di situlah ego saya menjadi musuh. Tapi saya tidak akan melawannya, he he. Saya merasa saya cukup tahu kemampuan saya, maka saya akan berusaha keras pada apa yang saya anggap akan saya butuhkan kelak. Ya, ya, kita memang tidak tahu kapan kita butuh, tapi ketika kita tahu apa yang kita butuhkan nanti, tidak ada salahnya untuk berusaha keras, kan? :3

Terlepas dari urusan akademis tadi, mari saya akan membahas tentang banyaknya waktu kosong yang mahasiswa akan miliki. Kalau saya pikir-pikir... waktu kosongnya mahasiswa itu banyak! Kuliah satu hari dengan dua mata kuliah yang masing-masing hanya dua jam, berarti ada dua puluh jam waktu yang bisa kita gunakan untuk kegiatan lain di luar mengerjakan tugas dan belajar formal. Mari menelaah...

Akhir-akhir ini saya merasa, sebagai mahasiswa, sangat penting untuk bisa berbaur dengan masyarakat. Karena menurut Mbak Ilda, mahasiswa adalah calon masyarakat. Sebagai masyarakat nanti tentu kita tidak akan dikejar oleh tugas kuliah ataupun ujian-ujian lagi, kan. Maka dari itu, ikut kegiatan di luar kegiatan kuliah akan sangat bermanfaat. Terlebih lagi, saya pernah membaca salah satu persyaratan beasiswa dan/atau pertukaran pelajar ke luar negeri bahwa harus memiliki pengalaman mengabdi pada masyarakat. Nah, let's think again!

Yah, ini hanya catatan saya saja. Akhir-akhir ini saya mendapatkan seserpihan ilham yang membuat saya tidak menyesal ikut berkecimpung dalam dunia di luar akademis. Tentu saya merasa bosan juga dengan liburan panjang tanpa rencana dengan apa akan saya habiskan waktu luang yang banyak itu. Nah, dengan ikut organisasi lain di luar akademis, maka liburan tidak terasa kosong melompong. Namanya liburan, ya, refreshing, ya, cari hal baru yang melarikan kita dari kegiatan belajar-tugas-ujian-formal.

Belajar bisa di mana saja dan kapan saja. Belajar tidak harus duduk di kursi dalam ruangan sambil mendengarkan dosen mengajar. Jalan-jalan juga bisa belajar, kan? :D Berorganisasi juga!

Saya mau bahas tentang pelajaran ekstra yang saya dapat di Pena Kampus, yang tidak saya dapatkan di mata kuliah. Di Pena, saya dapet pelajaran bagaimana "memasak" isu hingga menjadi sebuah berita yang "hangat". Selain itu, namanya organisasi, saya dapet ilmu berorganisasi juga. Bagaimana bekerja sama dalam sebuah acara. Dan lain-lain. Sampai terkadang, rasanya lebih semangat rapat daripada kuliah :v

Kalau ada yang bilang, “Nggak papa nilai kuliah pas-pasan, yang penting banyak pengalaman,” saya merasa sedikit gimanaaa gitu. Banyak juga kisah orang-orang hebat yang bisa berprestasi dalam akademisnya juga di luar akademisnya. Kalau mereka bisa menyeimbangkan dua-duanya, kenapa saya yang masih dalam perjalanan tidak bisa mengusahakan menjadi seperti demikian, juga? Kan keren banget kalo nilai bagus, IPK tinggi, eh pengalaman di luar akademis juga banyak. Serasa hidup akan lebih bermakna :3 #tssah

Untuk teman-teman yang masa kuliahnya agak monoton karena tidak memiliki kegiatan lain selain kuliah dan nongki-nongki gaul, mulailah berpikir ulang. Selain materi kuliah yang sudah kita pelajari, apa lagi bekal kita untuk menjadi masyarakat yang siap tempur setelah lulus nanti? Catatan ini tidak memprovokasi teman-teman untuk ikut organisasi atau UKM, kok, hanya mengajak untuk mengkaji ulang mindset saja, sekalian saya merenung juga. Ah, kalau Presiden ingin menggalakan revolusi mental, kenapa, ya, kegiatan mahasiswa di kampus mesti banyak aturan dan batasan, bukannya diberi kebebasan saja oleh pihak birokrasi kampus? Toh, mahasiswa kan berpendidikan, tidak mungkin brutal kalau haknya tidak diusik-usik. *mikir*

Akhir kata, catatan ini hanya uneg-uneg saja yang kalau tidak dimuntahkan begini, akan menumpuk menjadi limbah pikiran dalam kepala. Sebagai mahasiswa semester lima, saya merasa tidak ada penyesalan karena telah membagi waktu saya antara kuliah dengan berorganisasi. Semua memang bergantung pada bagaimana kita memandang sesuatu, kan? Jika kita memandangnya sebagai hal yang positif, maka semesta akan menunjukkan sisi positifnya juga. Pun sebaliknya. Jadi, selain pikir lagi, jangan lupa juga untuk selalu berpikir positif!


HIDUP MAHASISWA! :D

Comments

  1. kalau saya sih kan memang benar waktu luang kuliah lebih banyak jadi saya gunakan untuk blog atau untuk bekerja buat uang jajan :D saya tidak ikut UKM karena tidak senang dalam berorganisasi :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah, produktif :D sy juga sebenarnya pingin nyari-nyari buat jajan juga wkwk

      Delete

Post a Comment