Jatuh Cinta Lagi, Tulus!

Beberapa minggu yang lalu saya menonton acara konser Tulus bertajuk Monokrom (sesuai dengan judul terbaru albumnya) di sebuah stasiun TV swasta. Saya suka Tulus sejak lagu pertamanya dipublikasikan, Sepatu. Bukan, Sewindu. Bukan, Teman Hidup. Ah, saya lupa yang mana. Yang jelas saya suka Tulus. Lirik lagunya yang puitis dan bikin meleleh karena maknanya manis, ditambah lagi dengan suara Tulus yang easy-listening banget.

Tak berapa lama, lagu-lagu Tulus bermunculan. Yang terbaru ini antara lain Pamit, Ruang Sendiri, kemudian sejak acara konser itu, saya langsung cari lagu lainnya yang mengena dalam ingatan, antara lain Cahaya, Langit Abu-Abu, dan Tukar Jiwa. Masing-masing lagu, seperti manusia, memiliki kisahnya masing-masing. Dan sekali lagi –lagi-lagi, saya jatuh cinta.

Seperti banyaknya hal yang bisa membuat kita jatuh cinta, banyak juga, bukan, hal yang membuat kita teringat. Salah satunya lagu. Dan tiga lagu Tulus yang baru saya gandrungi itu pun demikian. Kisah-kisahnya mengingatkan saya pada kisah seseorang. Dia mengalami semuanya, hehehe. Kepo? Mari, saya akan kupas satu per satu.

Eits… Warning! Tulisan ini bener-bener ringan dan bergenre teenlit. Cocok kalian baca kalau sedang suntuk dan sedang nggak butuh bacaan berat nan serius. :3


Cahaya –pertama kali mendengar melodi lagu ini, saya langsung suka! Karena musiknya lembut dan didominasi oleh akustikan gitar, piano, dan karakas (kalau telinga saya tidak salah mendeteksi). Liriknya pun manis, aw!
                ratusan hari ku mengenalmu
ratusan alasan kamu berharga
ratusan hari ku bersamamu
ratusan alasan kamu cahaya
semampuku ... kau akrab dalam senyum dan tawa
semampuku ... tak lagi pernah kau takut cinta
Ketjeh! Dan endingnya ….
duhai cahaya, terima aku
aku ingin kau lihat yang kau punya
aku ingin kau kembali bisa percaya pada diri dan mampumu
Seseorang yang mungkin sedang membaca tulisan ini sekarang akan senyum-senyum. Karena bait pertama, itu “cerita dia banget!”

Hai! Bagaimana? Bener, kan, itu seperti kisahmu? Semanis itukah kamu jika semua kisah perjuangan itu ditelurkan dalam bentuk bait lirik lagu? Aku suka!

Hal yang membuat saya jatuh cinta adalah dari lirik itu saya merasa sedang mendengar ceritanya dia. Iya, dia yang sangat susah untuk cerita dengan cara yang manis. Syukur ada Tulus! Tulus yang dengan ciamik meramu kisah seseorang (entah siapa) yang dia curi lalu ia lantunkan dengan suara lembutnya.

Untuk kamu, yang merasa mempunyai kisah yang sama, cobalah berikan lagu ini pada gebetan dan buat dia menyadari betapa segitunya kamu sudah berusaha. Wkwk :D Kalau satu orang sudah berhasil, kenapa kamu enggak? ;)

The next is… Langit Abu-Abu. Lagu ini agak bikin baper dan ngenes. Gimana enggak? Lirik berikut ini:
dan setelah luka-lukamu reda, kau lupa aku juga punya rasa
lalu kau pergi kembali dengannya
… siapa yang nggak ngerasa ngenes coba? Apalagi kalau yang baca mengalami langsung? Hmmm… ini juga dialami oleh seseorang. Yap, kalau dia sedang membaca ini pasti dia sedang tersenyum kecut mengenang masa “mengalah untuk merebut”, hehehe. Kalau saya bertemu dengannya, bisa dipastikan kepala saya akan diuyel-uyel, atau kalau tidak, dia akan … tidak terpikirkan oleh saya selain itu. xD

Di lagu ini sepertinya Tulus memposisikan dirinya sebagai … apa kalian familiar dengan kisah cinta segitiga yang dialami oleh sepasang cowok-cewek yang sahabatan, kemudian si cewek punya pacar cowok lain, dan ketika si cewek tersakiti, si cewek akan mewek ke sahabat cowoknya, dan … (baca lirik di atas lagi). Kira-kira si cowok akan curhat begini:
tak mungkin secepat itu kau lupa air mata sedihmu kala itu
mengungkapkan semua kekurangannya; semua dariku yang tak dia punya

daya pikat yang memang engkau punya
sungguh-sungguh ingin aku lindungi
dan setelah luka-lukamu reda, kau lupa aku juga punya rasa
lalu kau pergi kembali dengannya
aku pernah menyentuhmu apa kau malu?

Well… setiap manusia pasti pernah punya keinginan untuk mengutarakan perasaannya, kan? Begitu pula Tulus, yang entah menculik kisah siapa lagi, bait ini tentu tepat:
kadang dering masih ada namamu,
beberapa pesan singkat untukku
entah apa maksudmu, yang kutahu sayangimu aku telah keliru
ayo tulis di buku harianmu
kelak jelaskan bila engkau punya waktu

Jangan baper, deh… Oke, oke, mungkin nggak cuma cowok yang begini, cewek juga kayaknya banyak yang ngalamin, deh. Yah, namanya juga hidup, guys. Dijalani dan ditertawakan saja. Hidup ini cuma sementara, jangan terlalu lama meratapi hati yang tercacah. Semua … akan indah pada waktu Allah menghendakinya. *#tsaah

Terkadang, setelah kita rela mengalah dan mundur demi kebahagiaan orang lain, kita akan tetap mengkhawatirkan perasaannya. Lalu akan bertanya:
benar senangkah rasa hatimu?
*dari kejauhan, dalam hati* (biar dramatis)
Right? Kayaknya 90 persen bakal setuju dengan prediksi saya. ^o^

Itu lagu Langit Abu-Abu. Bagian yang paling saya suka adalah bagian refrain­-nya:
di bawah basah langit abu-abu
kau di mana?
di lengannya malam menuju minggu
kau di mana?

Diksi yang dipilih Tulus, dan bagaimana dia merangkai diksi-diksi itu, saya suka! Seperti didongengi dengan indah… Kira-kira begitu umpamanya, kalau agak kurang cocok, dimaklumi saja. Begitulah yang terlintas dalam benak saya, hehehe.

Last but not least! Tukar Jiwa –lagu ini judulnya agak ajaib, yah! Kalau menurut analisis instan saya, lagu ini maknanya nyambung sama lagu … (setelah mikir beberapa menit) ah, rasanya ada! Saya mau sebut Ruang Sendiri, nggak cocok. Entahlah, pokoknya ada.

Lagu ini ceritanya tentang seseorang yang jatuh cinta, kemungkinan bertepuk sebelah tangan, dan dia tuh pengen dingertiin sama seseorang itu. Kebanyakan cewek, deh nih yang pengen dingertiin. Tapi semakin saya pikirin, nampaknya cowok juga demikian. Sama saja, ya!

Lirik lagu ini begitu singkat!
aku kehabisan cara tuk jelaskan padamu
mengapa sulit tuk lupakan mu
aku kehabisan cara tuk gambarkan padamu
kau di mata dan di pandanganku

 coba sehari saja
satu hari saja... kau jadi diriku
kau akan mengerti bagaimana ku melihatmu, mengagumimu, menyayangimu...
dari sudut pandangku

aku kehabisan cara tuk gambarkan padamu
kau di mata dan di pandanganku
seandainya satu hari bertukar jiwa
kau akan mengerti dan berhenti bertanya-tanya

See? Kira-kira paham nggak? Pasti paham lah, kan liriknya sederhana tapi ngena gitu.

Nah, ini pun mengingatkan saya pada seseorang. Yap, seseorang yang sama dengan orang yang saya ingat pada lagu pertama dan lagu kedua. Kalau dia baca tentang dua lagu di atas, dia juga pasti baca yang ini. Dan tebakan saya, ketika dia membaca ini, dia akan nyengir-nyengir gemes sambil melirik saya dari ujung matanya sambil bilang, “Kamu akan ngerti apa yang saya rasain, suatu saat nanti.”

Dan kalau itu benar terjadi, saya kasi spoilernya juga sekalian. Saya bakal jawab, “Saya sudah merasakannya sekarang. Kamu tidak perlu meminta saya untuk bertukar jiwa. Saya hanya butuh kamu untuk menjadi belahan jiwa saya.”
#tssah #JanganBaperKeleus

Mendengarkan tiga lagu itu secara berurutan ataupun secara acak tetap membawa ingatan-ingatan yang sama. Mendengarkan lagu-lagu itu seolah membaca bolak-balik kisah-kisah yang sangat akrab kita gandeng dalam kehidupan sehari-hari kita. Kisah cinta ala  teenlit yang seperti itu, rasanya tidak hanya milik kaum muda. Dan barusan mengetik itu saya seketika merasa tua -_- Oke, maksudnya bukan hanya untuk kisah cinta picisan (karena teenlit saya identikkan dengan ‘picisan’). Cinta adalah hal yang universal, ternyata.

Terserahlah, yang jelas, mengutip komentar seorang penyanyi yang hadir meramaikan konser Tulus di acara itu, “Lagu-lagu di album baru Tulus ini benar-benar dewasa.”
Dewasa dalam artian, yah… benar-benar dengan penuh pemikiran dan sangat dekat dengan realita. Begitu kesimpulan saya.

Sekian dulu. Kalau penasaran, bisa dicari di toko kaset terdekat.
Selamat jatuh cinta!


Salam.

Comments