Sepanjang Hari yang Hujan—Minggu
Hujan seharian membuat hari Minggu pekan ini terasa lebih sentimental daripada beberapa hari Minggu sebelumnya.
Mula-mula perasaan nelangsa ini tidak begitu mengusik,
tertimpa oleh rasa Lelah pikiran dan berimbas pada rasa pegal yang menggerogoti
hampir seluruh tubuh. Syukur saja masih sanggup untuk berkelana. Karena kalau
tidak, badan akan semakin sakit.
Beberapa kabar bahagia yang rasanya harus diabadikan adalah
sebagai berikut:
-
proyek-proyek sambung-menyambung menyambangi K
dan tim barunya, alhamdulillaah… rasanya doa-doa—yang saya kirimkan dengan agak
putus asa di saat-saat perjalanan pulang—mulai dikabulkan Tuhan. Bahagia sekali.
Semoga ini menjadi pembuka jalan menuju sesuatu yang lebih besar lagi. Aamiin;
-
kabar pernikahan yang cukup mendadak dari seorang
sahabat;
-
kabar bahagia bahwa seorang sahabat lagi telah
menemukan laki-laki yang tidak lagi membuatnya menangis hingga sakit kepala di
sepertiga malam-malamnya.
Setelah semua badai yang memporak-porandakan banyak hal, tentunya
akan tiba hari-hari yang cerah bermandikan cahaya matahari yang hangatnya memeluk
hingga ke hati. Sampai pada hari itu, semoga sudah ada jemari yang saling
bertaut sepanjang perjalanan panjang yang baru dengan mimpi-mimpi yang telah
memenuhi daftar panjang untuk dilakukan dan diwujudkan berdua.
***
Beberapa waktu ini tidak sempat banyak menulis atau mencatat
hal-hal karena, entah bagaimana, kehidupan terasa agak tergesa, namun semua itu
bergantung pada bagaimana kita mengontrol diri dan pikiran saja, ya.
Sebuah cerita konyol—saya merajuk dan ngambek cukup lama
sampai-sampai meninggalkan grup watsap dikarenakan perasaan cemburu pada
seorang sahabat. Hari sebelumnya, saya mengajak bertemu, namun tidak begitu
ditanggapi. Hari berikutnya, dia mengunggah kegiatan berliburnya bersama circle
yang lain. It broke my heart so bad. Tapi pada akhirnya semua kembali
baik-baik saja, he he he. Kami pun memesan buku daring berdua. Happy!
Lalu, ada hal yang mengejutkan! Saya pikir, saya akan sulit untuk
‘bersosialisasi’ karena sudah ‘tua’. Namun, nyatanya malah saya mulai bisa
bersosialisasi dengan ‘normal’! Bermula pada sebuah ajakan untuk ikut nge-grill.
Bukan orang-orang baru, kami pernah terhimpun pada UKM yang sama semasa
kuliah dulu, beda-beda Angkatan, tapi tentu saja kami saling mengenal. Lucu
juga kalau dirunut, he he. Saya dan Matul sekelas ketika kuliah, lalu dia
bergabung dengan UKM yang sudah saya ikuti pada tahun berikutnya. Mbak Aya, angkatan
setahun di atas kami, saya kembali bertemu dengannya di Kumon, beberapa bulan diajari
olehnya sebelum beliau hengkang, hehe. Lalu kami tetap menjalin komunikasi yang
baik sejak saat itu. Mbak Ilda, senior yang saya segani sejak di UKM, kakak
kelas K yang juga tergabung dalam eskul yang sama, saya akhirnya bisa merasa
akrab dengannya saat bertemu lagi di tempat kerja, dan pada beberapa kesempatan
kami berbagi kelas yang sama. Awesome! Lucu…
Nah, kami berkumpul pada Sabtu pekan lalu. Saya muncul
setelah beres mengisi kelas les daring. Hari yang Sabtu itu melelahkan, diawali
dengan rapat di MaLFI untuk gladi teknis acara yang dilaksanakan pada Sabtu
berikutnya.
Nah! Pengalaman berikutnya yang membuat saya ingin berterima
kasih dan kagum pada diri ini adalah… sanggup mengemban tanggungjawab (yang
bagi saya besar) yang diberikan Mbak Ilda, ketua panitia acara, setelah sebelumnya
saya kecewa pada diri sendiri karena tidak sampai menyelesaikan buku ajar yang
dulu ditugaskan, hiks. Tapi kali ini, alhamdulillaah… saya berhasil melaksanakan
tanggungjawab, terharuuuuu! Belum selesai! Masih belum final, namun rasanya
bolehlah berterima kasih dan merasa bangga sedikit, he he he.
Rasanya
seperti merekah perlahan menjadi manusia yang baru, yang mana saya selalu
berpikir bahwa saya akan sulit sekali untuk tiba di titik bisa bersosialisasi
dengan baik.
Ternyata!
Bisa!
Saya rasa…
ada andil besar K dalam proses hingga mencapai titik ini. Tentu saja! Dia yang
selalu bawa-bawa saya ke tempat nongkrongnya, bertemu dengan teman-temannya
yang beraneka macam, membuat saya membuka mata bahwa di dunia yang carut-marut ini
masih ada manusia-manusia waras yang masih menghargai nilai kemanusiaan dan
etika. I feel so grateful! Mau tidak mau, Mia yang dulunya antipasti dan
anti-sosial pun perlahan menghangat. K adalah orang gigih yang tidak mudah menyerah
menunjukkan dunia dan manusia yang masih manusiawi pada Mia. Mia yang mulanya
sulit tersenyum pada orang asing, sekarang mulai terbiasa dan bisa otomatis
beramah-tamah, termasuk berpamitan pada teman-teman K, yang notabene orang
asing bagi Mia. Wahhhh… mata berkaca-kaca mengetik ini.
Terima kasih, Mi, sudah tidak menjadi terus-terusan keras
kepala. Terima kasih sudah mau berubah ke arah yang lebih baik dan menjadi
manusia yang lebih baik.
***
Waah… menulis ini memang menenangkan, ya! Hari Minggu yang
hujan, yang membuat perasaan tidak keruan, akhirnya sebentar lagi usai. Hari Senin
menjelang, dan pekan sibuk kembali datang. Semangat!
Terima kasih karena sudah berjuang melewati pekan ini, yang
banyak kejutan, dan hampir terasa mustahil. Terima kasih karena terus berusaha bepikir
positif dan terus berprasangka baik kepada Tuhan.
Comments
Post a Comment