We're coming to the end of November~

Melihat postingan terakhir ternyata tentang penyambutan Oktober... tau-tau ini sudah di penghujung November.


Days go that way~
The sun rises and sets...

We sleep then we're waken up~

How's life?

Beberapa teman rajin menanyakan hal itu, yang mana terasa sangat menyenangkan, hehe. Kadang merasa tidak baik-baik saja, tapi ajaibnya, setelah ditanya demikian malah jadi merasa punya kekuatan lagi untuk melanjutkan hari-hari, bahwa masih ada teman-teman yang betulan tulus menanyakan hal sepele seperti itu.

Bulan ini tidak semudah dan semulus yang diharapkan, tapi semua berjalan sangat baik! Mengingat doa-doa kecil yang seringkali langsung terkabulkan. Oleh karena itu, kepercayaan bahwa Tuhan akan mengabulkan setiap doa tepat pada waktunya, just wait and keep praying

Beberapa hari terasa sangat tanpa semangat, namun selalu ada alasan untuk bersyukur dan merasa malu karena merasa ingin mengeluhkan banyak hal.

Bulan ini, mengajarkan lumayan banyak pelajaran baru... muncul kesadaran dari pemikiran-pemikiran yang kian terasa matang, lalu rasa bersyukur semakin terpupuk, hehe.

Meskipun lingkup pertemanan dan bersosialisasi semakin dipersempit oleh diri sendiri, semua terasa baik-baik saja. Bukankah hidup memang seperti itu? Ada yang berlalu, ada yang lewat lagi, ada pula yang tinggal.

Ini terkait dengan teman-teman yang telah melangkah dengan berani ke jenjang kehidupan yang merupakan ibadah terpanjang, yang akhirnya telah menemukan teman hidup--yang anehnya malah membuat saya merasa 'sudah tidak dibutuhkan lagi'. Oleh karena munculnya perasaan itu, maka... saya pun membisukan update mereka dari media sosial saya, he he. Setelahnya, hidup terasa lebih less-stressing karena 'pemicu'nya sudah dibungkam alias dihilangkan sementara. Saling berkabar kalau benar-benar penting. 

Di satu sisi terasa menyedihkan, namun di sisi lain... ah, ya sudahlah, toh dia juga sudah ada yang jaga. dan saya perlu fokus untuk mencapai titik yang saya tuju dengan cara, ya, mengurus diri dengan baik. Begitulah kira-kira pelajaran yang bisa saya ambil dari bulan ini--imbas dari bulan lalu, he he.

Makin hari makin belajar untuk menjadi lebih dewasa... belajar letting go of every thinh I cannot control. Kadang masih bisa stress juga, tapi tidak separah sebelum-sebelumnya. Begitukah tumbuh menjadi dewasa?

Rasanya seperti: 

"Sudah cukup kamu mengurusi dan memedulikan orang lain, sekarang giliran dirimu sendiri yang menuntut jatah untuk diperhatikan karena kamu masih punya banyak hal yang perlu diusahakan dan juga hal-hal yang kamu ingin wujudkan. Jadi, yuk, fokus!"

Ketika muncul pemikiran untuk membandingkan progres diri dengan progres teman-teman, tentu saja itu seperti menyiram cuka pada luka. Buru-buru saya alihkan dengan memikirkan progres saya saja; dulu bagaimana, sekarang bagaimana, sudah berkembang seberapa banyak?

Dengan memikirkan itu, meskipun pergerakan dan perkembangan yang saya (ternyata) 'lakukan', semua terasa luar biasa. Langkah kecil jadi berharga, membuat saya jadi bersyukur pada Tuhan dan berterima kasih pada diri sendiri karena mau berproses--bertahan, rehat dan tidak menyerah, melanjutkan, dan merelakan hal yang harus direlakan.

Tentu pekerjaan saya mendominasi pembelajaran-pembelajaran yang saya dapat itu.

Bekerja sebagai guru dengan murid berbagai usia--kebanyakan anak-anak--sungguh membuat saya lebih banyak belajar daripada mengajar. 

Bersama mereka--tunas-tunas manusia--saya ingin menumbuhkan mereka sebagai manusia yang memanusiakan diri dan manusia lainnya di sekitar mereka. Agak klise dan mungkin terdengar sedikit naif, tapi dari dulu (syukurnya) visi itu tidak berubah. 

Bersama mereka, saya belajar dari nol. Belajar tentang bagaimana, sih, saya inginnya anak-anak ini kelak tumbuh menjadi dewasa. Ah, saya ingin mereka terlebih dahulu mengenal diri mereka, mengetahui apa yang mereka inginkan--untuk dilakukan, serta bagaimana mereka ingin menjadi bagian dari sosial yang banyak maunya ini, hehe.

Dari keinginan yang muluk-muluk itu, saya pun mulai belajar tentang memahami orang lain, belajar  agak terbuka untuk membantu mereka memahami perasaan-perasaan yang kian beragam, lalu memenuhi rasa ingin tahu mereka yang sedang lapar-laparnya. Sebisa mungkin membuat mereka merasa berharga dan penting dan tidak konyol. Tentu saja saya pun tak henti-hentinya mengingatkan diri bahwa mereka ini adalah tunas-tunas manusia yang belum mengenal banyak hal tentang dunia dan kehidupan, wajar bila banyak tanya--bahkan hal tersepele sekalipun! Ada perasaan bahwa saya harus tetap menjawab dan meladeni pertanyaan-pertanyaan mereka. Yang jelas, banyak pertanyaan-pertanyaan yang di luar dugaan, tapi juga pertanyaan yang menggemaskan karena terlalu sederhana sampai-sampai bingung cara menjelaskannya. Tapi semua itu sepadan ketika melihat mereka terdiam berusaha memahami penjelasan kita, lalu diakhiri dengan sebuah anggukan tanda paham. Waaaah...

Dari murid-murid saya yang kebanyakan anak-anak itu saya belajar untuk menjadi lebih manusia. Saya merasa lebih normal setelah mengajar, meski tentu saja lelah sekali, hehe. Ada perasaan ajaib ketika melihat mereka ternyata bisa berkembang menjadi pribadi yang luar biasa; tau apa yang mereka mau, mampu menyampaikan perasaan mereka dengan jelas, dan tentu saja mampu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.

Paling terharu, sih, memang ketika mereka mempraktekkan apa yang sudah kita ajarkan. Rasanya sulit dijelaskan, hehe.

Tak jarang saya merasa penat dengan pekerjaan dan tuntutan pekerjaan yang saya lakoni saat ini, tapi mau bagaimana lagi? Pekerjaan ini lebih terasa seperti pembelajaran yang menyenangkan dan selalu membuat saya ingin melakukannya lagi dan lagi dan lagi... ketagihan untuk belajar menjadi lebih manusia

Mengapa begitu, ya?

Karena manusia-manusia dewasa terlalu judgemental, hahaha!

Dengan anak-anak, yang sangat polos dan murni, saya merasa seperti... menjadi diri saya sendiri dan terus mengusahakan versi terbaik dari diri ini untuk mereka--yang kebetulan berimbas positif terhadap diri saya sendiri, hehe.

Tanpa bermaksud sombong, tapi saya merasa jadi lebih berharga saat bersama mereka.

Mereka-lah yang salah satunya membuat saya terus bangun di pagi hari, berangkat kerja, dan menjalani hari-hari yang kadang terasa monoton tapi tetap dilakoni. Kadang berjalan mulus, kadang tidak... yah, di situ saya perlu belajar untuk merelakan. Merelakan bahwa saya ini memang juga manusia yang tidak sempurna meski rasanya kudu perfek semua.

Tetiba November akan berganti Desember... tidak setiba-tiba itu, sih. Tapi lebih ke... akhirnya another 30-day will pass. Semangat! Pekan terakhir November akan menjadi lebih sibuk karena anak-anak akan mneghadapi ulangan akhir semester, lalu libur panjang~ bitter-sweet, sad-happy!

Dear me, thank you for surviving the days and always try your best to understand and love yourself more.

Comments