Day 123 of 365
Berkah April
Menutup bulan April dengan banyak agenda membuat saya terus-menerus menunda untuk ‘laporan’ di blog ini. Hari ini akhirnya menyempatkan diri sambil menyeruput kopi pagi. Ya, hari Lebaran sudah berlalu 2 hari.
April lalu merupakan bulan yang penuh kejutan dan penuh
rejeki yang tak disangka-sangka. Saya merasa sangat bersyukur atas banyak hal
yang terjadi pada bulan April. Bulan yang selalu menjadi bulan favorit karena
merupakan bulan kelahiran, selain itu, ya, karena suka saja!
Awal bulan saya mulai dengan mencekoki diri dengan energi
positif dan memaksakan diri untuk melawan datangnya energi negatif. Sebuah
tantangan yang terasa tidak mudah di awalnya, tapi ada sebuah tekad untuk
terlepas dari lingkaran fase depresi minor yang membuat saya berkali-kali harus
merasa terpuruk. Cukup! Di postingan ini saya ingin mengabadikan memori baik
yang terjadi selama April!
Saya sepertinya patut untuk berterima kasih dan menepuk pundak
sendiri karena sudah mau untuk bangkit di bulan ini. Mungkin juga karena menjelang
usia 27 tahun, ada semacam adulting sense yang membuat saya melihat segala
sesuatu dari sudut pandang yang lebih bijaksana. Menjalani hari-hari pun berusaha
sebisa mungkin untuk live for the present. Istilah lainnya: mindfulness.
Yah, sejenis itu.
Suatu kali, pada sebuah esai yang perdana diterbitkan, saya
menuliskan bahwa saya meyakini kalau energi positif yang kita pancarkan akan
kembali direfleksikan oleh semesta. Nah, bulan April itu saya diberi
pembuktiannya! Usaha untuk fokus pada hari itu, fokus pada hal-hal menyenangkan
yang terjadi, dan fokus untuk menyebarkan energi positif (meski pura-pura)
berbuah manis! The positive energy bounces back! Tanpa diduga, saya
mendapat banyak bingkisan untuk berhari raya dari orangtua siswa. Selain itu, rejeki
dimudahkan sekali untuk meluluskan keinginan yang lumayan banyak (buku dan skincare),
juga dicukupkan untuk memberi hadiah untuk ibu, tepat di hari kelahiran saya;
hitung-hitung seharusnya memang beliau yang patut menerima hadiah di tiap hari
kelahiran anaknya, karena tanpa beliau, tidak aka nada saya di dunia ini.
Alih-alih mendengar beliau berterima kasih dengan gaya sok kalem, saya dalam
hati berterima kasih sebanyak-banyaknya, juga meminta maaf sebesar-besarnya.
Sebagai pengingat untuk berkah yang melimpah di bulan April,
keinginan saya untuk mengganti skincare dimudahkan, he-he. Lalu, tau-tau
checkout buku Haruki Murakami setelah sekian lama. Di akhir bulan, tergoda
untuk checkout skincare lagi, alhamdulillaah dilancarkan rejekinya.
Oh! Perawatan ortodontis yang mulai tampak ujungnya untuk lepas brackets
tentu melegakan juga. Semangat menabung!
April 2022 menjadi bulan yang menyenangkan karena saya
merasa cukup berani untuk melawan serangan energi negatif yang muncul dari
pikiran saya sendiri. Merasakan energi positif yang terefleksi dari hasil
pemaksaan dan perasaaan kecewa-sesal yang jauuuuh menurun merupakan berkah.
Saya bersyukur sekali karena hal-hal baik yang terjadi. Sebelumnya saya selalu
merasa tidak akan pernah bisa merasakan hal-hal positif yang dihasilkan oleh
diri sendiri, tapi April merupakan awal yang baik. Semoga selanjutnya saya bisa
terus berusaha keras mengontrol emosi yang saya rasakan, energi yang saya
pancarkan keluar, serta mengolah paparan energi negatif yang kadang sulit
disaring.
nurturing positivity
Tentu hal-hal itu bukan sesuatu yang instan, hal-hal itu
saya sebut dengan istilah #nurturingpositivity. Ya, energi positif yang perlu
dirawat dengan penuh perhatian. Saya ingin sembuh dan keluar dari jebakan psikis
yang entah sudah ada sejak kapan. Menganut aliran #writheraphy, saya mulai
tekun menulis jurnal; spontan, harian, mingguan, dan bulanan. Selain untuk
mengabadikan memori dalam bentuk tulisan, saya punya kepercayaan bahwa hal itu
baik untuk merawat ingatan saya yang dulu mungkin sempat cedera.
April, saya juga mulai untuk belajar merelakan hal-hal yang
tidak bisa saya control; melepaskan orang-orang yang memang seharusnya dilepas,
berfokus pada orang-orang yang tinggal dalam lingkaran keseharian, serta menjalin
kembali hubungan baik dengan kawan lama yang datang lagi.
Saya katakan pada diri saya untuk merelakan saja sahabat
yang (saya rasa) berubah sejak menikah; memang begitu alurnya. Relakan tapi
jangan ditinggalkan. Terakhir saya mengunjunginya, hati saya sejujurnya belum
juga tenang, karena merasakan energi stress yang terpancar dari dia. Baiklah,
saya katakan pada diri sendiri untuk menyediakan diri ini kalau dia butuh
seseorang untuk menumpahkan rasa tidak nyaman yang mendera dalam hidupnya. Yah,
semoga sejalan dengan dia. Sekali lagi, dan selalu, saya berharap dia akan
selalu berbahagia.
Lalu, kembalinya sahabat lama membuat saya bahagia luar
biasa! Seorang sahabat semasa SMP kembali sebagaimana dulu saya mengenalnya.
Kecanggungan yang kami takutkan akan hadir saat kami berjumpa ternyata hanya
dalam pikiran saja. Kami bisa mingle dan masih bisa sedekat itu untuk
membahas hal-hal yang sangat pribadi, yang meninggalkan luka batin hingga
sekarang, yang membentuk pribadi ‘keras’ pada kami. Terjalin kembali
persahabatan ini rasanya seperti hadiah dari Tuhan karena saya mulai menerima
bahwa seorang sahabat telah menikah dan memulai kehidupan yang baru. Rasanya
digantikan berkali-kali lipat! Semoga saya bisa menjadi pribadi yang lebih bijak
lagi dalam menerima hadiah berkat luar biasa dari Tuhan yang banyak ini.
PS: ditulis pada pagi yang lumayan sibuk, amburadul sekali
rasanya, karena energi yang berseliweran lumayan kurang baik, untuk fokus butuh
usaha yang tidak sedikit.
Comments
Post a Comment