Day 184 of 365

 -Week 1

Pertama kali berada jauh dari rumah setelah program KKN dari kampus tentu merupakan pengalaman yang baru lagi bagi saya. Usia yang sudah tidak remaja membuat saya memberanikan diri untuk mengambil langkah nekat tersebut. Di lapangan, yah, tidak mulus seperti yang dibayangkan--ah atau memang dalam bayangan pun tidak mulus.

Di malam hari, di dalam kamar kos, saat sendirian, saya menyadari beberapa hal yang selama ini hanya menjadi asumsi belaka. Ada hal-hal yang baru saya ketahui, antara lain: sepertinya saya memiliki sedikit serangan panik dan agak klaustrophopik. 

Serangan panik yang tidak begitu parah, tapi lumayan menguji mental. Bahkan bisa terjadi ketika saya sedang berada di tengah keramaian. Hal yang saya rasakan ialah tiba-tiba pikiran dipenuhi pikiran-pikiran yang membuat gelisah, seperti memikirkan kesendirian yang tidak nyaman. Kemudian nafas rasanya tercekat. Saya menyadari itu dan lekas-lekas menarik napas panjang untuk menenangkan diri sembari berusaha kembali ke tempat saya berada.

Gejala klaustrophobia mungkin memang sudah saya sadari sejak lama, namun saat jauh dari rumah terasa lebih nyata karena diikuti oleh serangan panik tadi. Saya rasanya seperti kehilanganan panel kontrol terhadap diri sendiri. Rasanya ingin menangis, tapi tidak bisa. Hanya merasakan kegelisahan dan kepanikan yang sangat mengganggu.

Pada malam terakhir sebelum saya kembali pulang, saya nyaris melewatkan tidur malam karena terganggu oleh hal-hal di atas. Syukurnya K ada di sana, di seberang telepon, bersedia saya recoki dan bersedia terus terhubung untuk menemani saya yang acap terbangun di tengah-tengah tidur.

Paginya, tidak ada yang terasa stabil. Tapi sebuah energi yang cukup besar dari kegirangan akan kembali pulang mampu mengamunisi saya hari itu. Mata rasanya hendak terpejam dan terlelap, namun energi khusus itu mampu menopangnya. 

Ketika kegiatan hari itu usai, pikiran saya mendadak fokus dan saya melajukan motor dengan cukup baik untuk pulang ke rumah. Pikiran saya menjernih! Dan semakin singkat jarak antara saya dengan rumah, rasanya kepanikan dan segala ketakutan itu memudar, tertinggal di sana, di belakang dan semakin jauh.

Rasanya aneh tapi menyenangkan! Mungkin sensasi yang sama seperti akhirnya berhasil keluar dari maze yang rasanya tiada ujung. Saya berterima kasih kepada K karena selalu standby di sana,  mengetahui bahwa saya tidak akan tenang sendirian di tempat jauh, dan akan selalu butuh untuk dibersamai. Pun berterima kasih kepada orang rumah karena tidak getol menghubungi saya, jadi saya bisa tampak baik-baik saja ^_^ Tapi, sekali lagi, terima kasih kepada K!

Kepada diri sendiri, saya harap kelak jika ada tawaran seperti ini, perlu dipertimbangkan lagi bahwa saya memiliki beberapa mental health issue yang tampak sepele namun cukup menyiksa diri sendiri. Terima kasih sudah berani mencoba hal baru, dan semangat untuk sisa 3 minggu yang masih di depan mata.

Satu hal lagi. Ada makna 'pulang' dan 'rumah' yang jadi lebih dalam setelah saya berada jauh dari rumah. 'Pulang' berarti kembali ke tempat penuh rasa aman dan nyaman. Dan 'rumah', bukan sekedar bangungan dengan ruang-ruang, namun juga suasana dan atmosfir yang terbentuk dari keberadaan orang-orang yang akrab. Hal-hal yang masih sulit dijelaskan, namun benar kata orang: kita akan lebih menghargai apa yang kita miliki setelah tau rasanya jauh lalu kembali.

Comments