Day 353 of 365

Recap November

Hello! It's amidst December here~ but, lemme try to recall how November was.

Saat ini, duduk di pojokan warung kopi, mengetik postingan ini, berusaha mengingat-ingat apa yang telah terjadi bulan lalu.

Oh! November menjadi bulan yang sibuk karena anak-anak sekolahan mulai persiapan untuk ujian akhir semester. Jadwal sungguh padat merayap, dari pagi sampai petang. Tiap akhir hari rasanya otak saya berasap, aus, seperti mesin yang telah terlalu lama dipakai, he-he.  Pertolongan pertama ialah datang ke warkop, melepas energi lelah dan mulai menyerap energi baik dari orang-orang yang datang. Cukup membuat the inner me felt fit.

Kesibukan yang saya syukuri karena tidak punya waktu untuk galau ataupun hanya sekedar merenung terlalu banyak tentang hal yang sepatutnya dibiarkan berlalu saja. 

Lelah? Tentu. Tapi tidak apa-apa ^_^ semua itu terbayar di awal bulan Desember, he-he.

Banyak hal-hal tak terduga yang terjadi dengan murid-murid saya; tingkahnya yang ada-ada aja, lalu keberagaman watak mereka semakin membuat geleng-geleng kepala xD menumbuhkan rasa sayang dan syukur kepada Tuhan karena Ia telah memilihkan jalan sebagai guru pada saya.

Apa lagi, ya? Sebenarnya ada, tapi hal-hal itu sedang coba saya biarkan berlalu saja.

Rupanya menjadi dewasa ini banyak pelajaran yang tiba-tiba harus dipelajari secara otodidak, ya.

Now; December!

Awal-awal Desember terasa masih agak ramai dan padat (jadwal), namun seiring anak-anak selesai ujian, semua melambat dan menjadi santai. Berkebalikan dengan agenda K yang malah semakin sibuk, bahkan di hari liburnya! Syukurlah... 

Berita duka tiba-tiba muncul--niniknya K meninggal. Perkataan beliau yang terngiang adalah betapa beliau berdoa supaya masih diberikan umur untuk menyaksikan kami menikah. Tapi ternyata Tuhan punya rencana lain.

Hari ini jadwal mengajar saya sangat santai sehingga hampir nyaris merasa takut karena gabut. Oleh karena itu, setelah menonton YouTube sampai pusing, saya akhirnya menulis ini saja. 

Sebentar lagi tahun 2022 akan berganti 2023. Tahun ini sungguh luar biasa! Kesulitan yang ada sekarang sudah terasa lebih mudah--entah karena sudah terlewati, atau karena terbiasa.

Bulan ini... ada sebuah momen yang sepatutnya membuat saya bisa lebih mengapresiasi diri atas kerja keras, ya. Kembali masuk nominasi Teacher of the Year 2022 tentu membuat saya merasa terharu, salah tingkah, dan berat juga... tanggungjawabnya itu, lho... Semoga saya bisa bertumbuh jadi lebih baik lagi tiap tahun--tiap bulan malah!--aamiin.

2 hari lalu akhirnya sempat berjumpa dengan 2 sahabat karib semasa kuliah! Di akhir pekan yang mager-magernya -- energi saya sudah hampir habis untuk bekerja, tapi kalau tidak bekerja akan jauh lebih melelahkan -- bertemu mereka merupakan sebuah ajang recharging

Tidak ada pembahasan yang serius; kami hanya bersenang-senang--makan pizza, foto-foto, dan berkelakar tanpa arah yang jelas, hingga akhirnya kembali pulang.

Makna pulang--setelah Agustus--kini pada Desember kembali bergeser. Pulang bukan lagi kembali mendatangi sebuah bangunan bernama rumah, tetapi kembali bertemu dengan seseorang yang membuat hati merasa nyaman dan semua akan baik-baik saja. Pulang. Setiap bertemu K adalah pulang bagi jiwa saya yang selalu merasa lelah usai bekerja. Bertemu dengan K berarti merebahkan jiwa yang lunglai, lalu meresapi perasaan nyaman yang menjalar perlahan. Akhirnya, saya harus 'pergi' lagi untuk pulang ke rumah.

*
Seteleh bertemu 2 sahabat karib, mendadak semua pernikahan kawan-kawan maupun rekan kerja terekspos; tentu menguji ketahanan mental saya. Sempat agak terguncang dan terganggu, namun saya berusaha keras untuk meyakini bahwa semua ini dan itu memang sudah ada waktunya masing-masing--cepat atau lambat akan tiba--tidak bisa dipercepat pun diperlambat, semua akan tepat waktu. Jadi, saya menggeret diri ini untuk melihat sudah sejauh mana saya melangkah, apa saya yang telah dilalui, pelajaran apa yang bisa diambil, bagaimana perjalanan selanjutnya, masalah apa yang masih perlu diatasi, dan lain-lain.

Redirecting ...

Jadi, sepanjang tahun ini merupakan waktu bagi saya untuk belajar untuk bisa lebih dewasa; mempelajari hal-hal yang sudah seharusnya dilakukan oleh orang dewasa pada normalnya. Apa saja itu?

Ya, belajar memposisikan diri, belajar bersikap, belajar bersosialisasi, belajar menjadi 'manusia', belajar menjadi anak yang beranjak dewasa, belajar untuk mengerti diri sendiri, belajar untuk hidup sebagai makhluk sosial. Huft... kompleks sekali!

Mengutip dari sebuah novel berjudul Pembaca Bintang di Kedai Kopi Bulan Purnama, jika kita gagal melewati sebuah fase dalam satu periode kehidupan, maka kita akan kesulitan di fase yang berikutnya. Hal itu terus terngiang-ngiang dalam kepala saya jika memikirkan diri saya yang saat ini berada di titik sekarang ini.

Menjalin komunikasi yang lugas dan jelas dengan orangtua masih menjadi PR tersulit untuk saya hingga saat ini. Terlebih ketika ada kutu busuk yang tau-tau mengganggu. Ugh!

Saya coba mengingat-ingat kenapa berkomunikasi dengan orangtua menjadi begitu sulit. Orangtua saya bukanlah tipe yang mengatur-atur, tapi juga mengatur-atur. Kadang bilang iya, tapi besok bilang jangan. Mereka sering memberi nasihat tersirat--sebenarnya saya paham, tapi saya lebih suka kalau disampaikan dengan jelas supaya jelas pula batas-batasnya. Selama ini, semua begitu bias. Meski saya tau batasnya bagaimana, tapi lama-lama lelah juga sampai akhirnya saya membuat saja batasan sendiri.

Saya tidak ingat, tapi sepanjang saya menyusuri ingatan... (I literally stop typing due to recalling memory) semua bias; mengenai aturan dan batasan--tidak pernah dikatakan dengan jelas seolah kebebasan terbentang luas, tapi banyak batasnya.

Melelahkan sekali, guys! Seringkali saya merasa gagal dalam menjalani hari-hari sebagai wanita berusia 27 tahun--dalam 4 bulan saya akan berusia 28 tahun!
Saya masih sering merasa kebingungan akan bagaimana harus bersikap pada situasi tertentu, bagaimana harus bertutur dengan orang-orang yang beragam. 

Tapi saya patut bersyuku karena K hadir dalam hidup saya selama 10 tahun ini. Terima kasih, Tuhan. Bolehkan saya hidup bersamanya untuk seterusnya, Tuhan? K ini sangat luwes dalam hal bersosialisasi, dalam hal ini dan itu! Beruntungnya saya K hadir untuk menjelaskan dan membimbing saya dalam hal ini dan itu >,< saya tidak terlalu merasa tersesat karenanya. Di manapun, ke manapun, kapanpun... saya merasa aman dan baik-baik saja selama bersamanya. 

Harapan tahun ini... di sisa 12 hari lagi ini... saya benar-benar berharap saya bisa punya keberanian yang cukup untuk bertumbuh dan bermetamorfosis menjadi manusia dewasa--wanita dewasa--yang dengan mantap menyatakan kesiapan untuk melanjutkan tahapan kehidupan berikutnya sebagai seorang istri dari seorang lelaki pilihannya. Aamiin.

Comments