Day 1

Akhirnya... 
Day 1 being in an LDR—a far away distance, for a quiet long time. Bismillaaah...

Tentu hampir terasa mustahil, tapi dengan keyakinan dan tanpa keterburuan, semua pasti terlewati.

Pertama-tama, saya harus mengurus diri—secara emosional. Pribadi yang mudah panik dan rawan berpikir berlebihan ini harus bisa mengatur dan mengontrol isi pikirannya; memilah-milih mana yang hanya praduga, prasangka, dan mana yang nyata. 

Di hari pertama ini, hampir muncul serangan panik karena tiba-tiba memikirkan bagaimana akhir hari ini tanpa jumpa K? Biasanya, sepulang kerja selalu ada janji temu dan kita bisa membahas apa saja... 

Untuk sejenak, pikiran saya terasa seperti kabut membumbung... lalu tiba-tiba hidung dan mulut terasa dibekap sampai hampir sesak napas. 

Segera saya menyadarkan diri dan mengatakan pada diri untuk tenang, dan perlahan-lahan saja beradaptasinya... tidak perlu buru-buru. Toh sebelum berangkat, K sudah bilang bahwa dia siap menerima pesan singkat yang tak berkesudahan berisi cerita tentang apa saja, kan?

Menghindari ngantuk, saya segera mandi untuk jadwal siang. Menjalani hari seperti biasa saja—memfokuskan diri pada apa yang harus dikerjakan.

Setelahnya, perasaan ringan untuk pulang itu muncul. Namun, saat di motor, tau-tau teringat bahwa biasanya... Ah! Sudah, sudah! 

Saya pun meringankan hati, melajukan motor menuju taman yang biasa saya datangi dengan K. 

Hari masih sore, matahari belum terbenam. 
Saya merasa sudah sedikit lebih berani untuk berada di tempat umum berkat latihan bersama K. Jadi, saya putuskan untuk datang ke taman, memulai catatan tentang perjuangan merawat hubungan yang terpisah jarak ini.

Semangat!💐

Comments