day 79: life lessons

Tahun 2024 telah berlalu 2 bulan dan sekarang sudahdi pertengahan akhir bulan ke-3. Beberapa kali sudah ingin menulis di sini, tapi (sok) sibuk.

Januari
bulan yang terasa amat panjang... padahal hanya 31 hari seperti biasa.

Selain rasanya struggling banget, tidak ada yang terlalu berat utk diingat. Hari-hari yang terasa panjang, namun berhasil juga untuk dinikmati. Membunuh waktu dengan kesibukan memang ampuh. Mengajar dengan jadwal penuh dari siang sampai malam benar-benar ampuh untuk menggulung jarak waktu sampai bisa bertemu K lagi. Ya, bulan ini memang sedang muncul lagi perasaan tidak sabaran karena mungkin baru masuk tahun yang baru, ya?

Sampai akhirnya... Januari pun selesai dengan cukup memuaskan. Rutinitas menulis jurnal sedikit mangkrak karena kesibukan, tapi ketika ada waktu, saya rekap semua... kalau sanggup. Kalau tidak, ya, seperlunya saja yang dicatat.

Februari
bulan ini kebalikan dari bulan lalu, sudahah hanya 29 hari, setiap harinya terasa cepat berlalu—tahu-tahu sudah tengah bulan...

Bulan ini saya merasa (mental) agak goyah sedikit, tapi masih bisa saya tangani dengan slay~ tidak seberat itu, kok! Kegiatan menulis jurnal masih mangkrak tapi tidak separah bulan lalu.

Pada bulan ini saya sibuk sekali! Maka dari itu, sebenarnya mental saya tidak segoyah itu... Ada proyek besar yang harus saya selesaikan bulan ini. Hal itu mampu menyita seluruh fokus dan mood saya sehingga tidak ada waktu dan celah untuk menggalau dan memikirkan yang tidak penting.

Proyeknya adalah mengisi formulir beasiswa New Zealand. Waktunya hanya 1 bulan! Kalau tidak pol-polan, apa bisa? Harus saya paksakan! *tbtb teringat juga bahwa Ramadhan hanya 1 bulan*

Sejak akhir Januari saya sudah ancang2 meriset universitas-universitas di NZ beserta jurusan yang saya minati. Menguras energi, pikiran, dan jam tidur! Lanjut mencari mentor untuk memberi insights dalam pengisian formulir dan untuk mem-proof read jawaban-jawaban saya. Sebagai introvert, malu sekaliiiiii... tapi I should break the shell! Dan alhamdulillaah dari kakak-kakak di MaLFI-lah saya dapatkan mentor-mentor dan dukungan๐Ÿซถ๐Ÿป๐Ÿฅน๐Ÿฅน๐Ÿฅน mengharukan sekali >,<

Maka, selama sebulan saya kejar-kejaran dengan rutinitas untuk mengisi formulir yang singkat tapi sangat berbobot itu. Sudah lama tidak menulis, diminta menjawab soal-soal esai seperti itu sangat menguras bakat yang terlalu lama dipendam!  Tapi tidak boleh banyak alasan! Jalan terus walau tulisan saya jelek, serta tidak usah terlalu malu saat harus di-proof read dan tidak boleh terlalu malas untuk revisian! 

Sensasinya seru dan mendebarkan kalau sekarang saya ingat-ingat ๐Ÿ˜…๐Ÿ˜…๐Ÿ˜… saat itu rasanya mustahil selesai, tapi sisi lain dari diri saya pun menyemangati saya bahwa kalau tahun ini ditunda dan menyerah sebelum selesai, menunggu tahun depan tentu akan terlalu lama! Dengan motivasi yang terdengar aneh tersebut, saya pun melaju saja seperti banteng yang tidak peduli akan apa yang menghalangi di depan, he-he-he.

Tentu saja dukungan dari diri sendiri yang paling penting bagi saya, karena kalau tidak begitu, saya akan menyerah dengan mudah! Karena dukungan dari diri sendiri, saya pun harus berani membuka diri untuk diskusi meminta pendapat dan meminta bantuan dari yang sudah lebih berpengalaman. Di luar dugaan, feedback-nya ternyata sangat positif dari berbagai pihak! Ah, kalau diingat-ingat saya jadi terharu lagi.

Saya pun mensugesti tubuh ini supaya kuat untuk menyelesaikan proyek besar ini. Tak lupa memohon pada mental untul kuat dan tidak usah gampang goyah karena harus fokus! Alhamdulillaah ternyata mereka pun kooperatif.

Formulir aplikasi pun berhasil saya selesaikan pada hari Minggu (25/2) terakhir di bulan Februari. Hari itu saya mengalami stres yang lumayan puncak sampai saya butuh 2 cangkir kopi bahkan sebelum sarapan! Sebuah hal yang kemudian adalah kesalaham fatal.

Saat sudah selesai, saya merasa agak tidak percaya. Saya ingin gegabah untuk submit, namun saya menahan diri, takut akan efek euforia. Saya putuskan untuk submit keesokan harinya.

Senin (26/2) setelah selesai dengan 1 siswa, saya pun berkutat dengan laptop dan akhirnya men-submit formulir tersebut. Haru sekali saat melihat notifikasi di website dan membaca surel bahwa formulir telah terkirim. Ini baru langkah awal, masih ada beberapa lagi di depan. Semoga lolos seleksi sampai akhir, aamiin!

Lucunya, setelah itu saya mengalami sakit perut yang rasanya tidak biasa. Rasanya sakit sekali, tidak tertahankan dan bahkan cukup sakit untuk menghentikan saya dari aktifitas jadwal hari itu. Saya berusaha bertahan sampai akhirnya menyerah dan minta dijemput pulang, lalu minta dibawa ke rumah sakit. Ya Tuhan... kalau diingat-ingat, saya tidak mau sakit seperti itu lagi T_T

Ternyata... penyakit lama saya kambuh: radang usus. Penyebabnya adalah kurang serat dan pola makan yang berantakan. Saya mengakui itu semua. Satu lagi: kopi. OMG ๐Ÿ˜ญ karena itu, dokter mengimbau saya untuk stop kopi dulu sampai pulih. Sedih, tapi saya gapapa, asal lekas normal seperti semula. Sakit perut ini sangat errghhhhh ๐Ÿ˜–๐Ÿ˜–๐Ÿ˜– setelah diberi suntikan, saya pun bisa merasakan sakit yang mulai mereda. Akhirnya saya bisa tidur sekitar 2 jam.

Kurang lebih 5 hari saya bed rest di rumah dan izin mengajar. Selama itu, saya cukup rajin minum obat dan makan dengan baik. Sayangnya, beberapa obat malah membuat perut saya makin sakit dan membuat saya mual hingga muntah. Mau tak mau, saya pun mengikuti insting tubuh untuk berhenti minum obat dan fokus makan teratur dan makan makanan yang baik. Berhenti mengopi selama penyembuhan dan pemulihan. Semua... harus saya lakukan dengan mindful dan sabar.

Selama itu saya kadang terkekeh karena beberapa hal:
• tubuh saya menepati janji untuk tidak tumbang sampai formulis aplikasi selesai;
• mental saya terjaga cukup stabil sampai menjelang hari selesai mengisi formulir aplilasi;
• pola makan yang 'yang penting sudah makan' serta konsumsi kopi sebagai dopping pun harus berakhir karena proyek besarnya sudah selesai;
• stres yang saya tahan, pecah juga seusai mem-sumbit formulir aplikasi;
• rupanya tubuh ini menuntut jatah rehat yang selama ini saya abaikan.

Begini cara Allah memberi istirahat untuk hambaNya yang terus bekerja keras bagai unicorn, he-he-he. Alih-alih merasa sedih karena harus ngedrop, saya syukuri saja. Cara tubuh minta dipenuhi kebutuhannya bisa dengan cara yang begini; saya harus memperhatikan asupan serat yang diasup, dan tidak boleh sembarangan menyesap kopi—harus makan dulu!

Intinya, saya jadi belajar untul lebih mindful dalam makan dan memilah pikiran. Berkaitan dengan pikiran, tentu saya harus belajar untuk fokus terhadap hal-hal yang harus saya lakukan supaya berhasil meraih apa yang ingin dicapai ✊๐Ÿป Ah, satu lagi! Setelah membuktikan bahwa mental bisa se-kooperatif itu, saya pun belajar untuk mengolah perasaan supaya bisa memilah mana yang perlu ditindaklanjuti, mana yang perlu dibiarkan berlalu saja...

Dengan kata lain, mungkin beginilah proses pendewasaan bagi saya. Makan harus ingat serat, ngopi seperlunya dan secukupnya, olahraga itu kebutuhan supaya bisa tetap makan enak dan bugar dan mood baik terus, dan... kestabilan mental itu bisa dilatih, dibiasakan, namun harus juga bisa dijaga. Ah, menjadi dewasa... 

Hal lucu berikutnya adalah bagaiman selama beberapa tahun saya merasa terjebak di usia 18 tahun, namun sejak berumur 28 tahun (which is 10 tahun kemudian), saya malah merasa mem-fast forward diri menjadi 29 tahun dan menjelang 30 tahun. Sampai-sampai saya tidak ingat bahwa tahun ini saya baru akan menginjak 29 tahun. Sedikit bangga boleh, kan? Ujian hidup yang dijalani orang-orang tentu berbeda, disesuaikan dengan kemampuannya oleh Tuhan yang Maha Baik. Hampir sepanjang usia 20-an saya terjebak dalam usia 18 tahun sampai akhirnya pada usia 27 dan sedikit belajar astrologi tentang hal-hal 'berat' yang terjadi di usia 27 merupakan fase Saturn Return, saya belajar untuk menyiapkan kekuatan dan meminta dikuatkan olehNya dalam melewati usia berat setelah 25 (quarter life crisis). 

"This too shall pass" menjadi mantera yang saya rapal ketika merasa sesuatu terlalu berat. Tentu sambil mengucap dzikir minta dikuatkan, ya. Selain itu, punya seseorang yang bisa menjadi tempat cerita saat kita merasa sangat tidak berguna benar-benar membantu! Setidaknya, pikiran toxic kita terbuang. Alhamdulillaah ada beberapa orang dalam hidup saya๐Ÿฅฐ Dalam hidup, kita ternyata berhak dan bisa membentuk keluarga lain selain keluarga kandung kita. Saya beruntung karena dihadirkan orang-orang baik yang bisa saya pilih dan andalkan sebagai 'keluarga'๐Ÿฅฐ

Rupanya saat masa penyembuhan dan pemulihan saya jadi banyak merenung dan bersyukur tentang hal-hal sederhana dalam hidup saya yang sederhana tapi ternyata luar biasa ini!

Kebersyukuran paling saya syukuri saat ini adalah kesehatan yang diberikan Allah pada keluarga kandung dan pada orang-orang terdekat. Alhamdulillaah yang banyak!

Maret
Memasuki bulan Maret, saya sudah mulai pulih dan sedikit-sedikit tubuh menagih asupan kafeinnya. Ohya, selama sakit, tubuh paham saya belum boleh minum kopi sehingga rasanya tidak terlalu menyiksa saat harus libur. Namun, ketika mulai ada rasa ingin ngopi, saya bisa katakan bahwa itu sinyal dari tubuh yang sudah mulai membaik. Jadi, dengan menerapkan hidup yang lebih sehat, saya boleh ngopi setelah makan dan tak lupa makan sayur dan buah. Rasanya nikmat sekali sesapan kopi pertama setelah sakit ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Š

Bulan Maret ini menjadi salah satu bulan kesayangan karena beberapa orang dekat saya memasuki usia baru, termasuk K๐Ÿ’ Meski berjauhan, di ulang tahunnya kali ini kami tetap bisa melipat jarak yang panjang itu dan saling merasa dekat. Lucunya, malah K yang menghadiahi saya di hari ulang tahunnya—sebagai ganti ritual makan bareng yang biasa kita lakukan.  Apakah mungkin... sebenarnya tujuan perayaan ulang tahunnya adalah membuat saya bahagia? PD banget๐Ÿ˜…๐Ÿ˜…๐Ÿ˜… 

Terlepas dari itu semua, saya doakan pada orang-orang kesayangan saya supaya diberi kesehatan dan rejeki berkah yang melimpah. Aamiin.

Ramadhan tiba tanggal 11 Maret. Sensasinya lebih lempeng dari tahun-tahun sebelumnya bagi saya pribadi. Tentu ada sedikit euforia dalam menyambutnya, namun yang lebih banyak adalah... perenungan akan hal apa yang bisa saya lakukan untuk bisa jadi hamba dan manusia yang lebih baik. Saya berharap kali ini saya bisa lebih takwa, dan selanjutnya akan mendewasa dengan sebagaimana mestinya—sukses, stabil, dan istiqomah dalam ibadahnya.

Tak lupa pula... banyak-banyak manifesting melihat dan memikirkan hal-hal baik, seperti memiliki pasangan hidup yang kooperatif dan suportif (seperti K), menjalani kehidupan yang nyaman dan tenang dengan hal-hal menyenangkan, dan bisa melanjutkan sekolah ke New Zealand (mewujudkan mimpi). Aaaakkk๐Ÿ˜† Bismillaah semoga Allah kuatkan dalam ikhtiar, luaskan dalam bersabar, dan mudahkan dalam setiap prosesnya, aamiin๐Ÿ€

Maret sisa 11 hari... semoga banyak berita baik akan tersampaikan selanjutnya๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป


*akhirnya sempat mengetik postingan karena murid yang telat konfirmasi ketidakhadiran, he-he-he ^_^*

Comments