kontemplasi dengan benar!

Membuka tulisan ini dengan kutipan dari penulis kesayangan.

"Untuk menghadapi sesuatu yang tidak sehat, seseorang perlu menjadi sesehat mungkin."

Entah kenapa kalimat itu memantik sesuatu dalam diri saya untuk memutus masa malas olahraga. Entah bagaimana, saya mendapat pemahaman dari sana. Maka, setelah lewat satu bulan olahraga berantakan, pagi tadi saya paksakan otot-otot ini bergerak lagi! 

Hormon dopamin terpacu untuk mengaliri tubuh, sehingga pikiran dan mood saya cukup baik untuk melewati satu hari yang tak terlalu sibuk ini. Syukurlah🥰

Oh iya! Itu kutipan dari buku What I Talk about When I Talk about Running-nya Haruki Murakami. Membaca nonfiksinya untuk pertama kali (tidak dihitung artikel-artikel daring, ya!) membuat saya menemukan alasan mengapa saya suka dengan karya-karya dan gaya penulisan Murakami itu. Ternyata ada beberapa kesamaan pendapat terkait beberapa hal. Mengetahui hal itu terasa menyenangkan!

Kembali ke kutipan tersebut, hal pertama yang muncul dalam benak saya ialah kebiasaan makan 'kurang' sehat. Untuk mengimbangi hobi makan mie ayam, bakso, seblak, cilok, batagor, dan gorengan, saya perlu berolahraga. Hal itu tentu supaya lemak-lemak jahat dari makanana-makanan tersebut tidak menjadi penghuni tetap tubuh saya–harapannya begitu. Juga, supaya tetap bisa makan-makan, tentu dibutuhkan tubuh yang bisa mencerna dengan baik, serta digerakkan supaya tidak ada zat yang mengendap sia-sia. Pemahaman nomor 1.

Kalau Murakami, sih, bicara tentang profesinya sebagai novelis yang diimbangi dengan olahraga berlari.

Pemahaman nomor 2 yang bisa saya cerna kemudian ialah setidaknya kalau mental sedang tidak baik-baik saja, tubuh harus cukup bugar untuk menopang diri dalam melanjutkan aktivitas harian. Berdasarkan pengalaman, saat sedang stres, ada baiknya kita berdiam sejenak, mengisolasi diri dari orang-orang dan hal-hal yang energinya tak baik untuk kita. Kalau tidak sehat, bagaimana perginya? Stres tentu butuh energi untuk menyusutkan kadar kortisol. Untuk mengisi energi, kita harus makan. Kalau tidak sehat, di mana enaknya makan? Selain itu, stres pun bisa dilepaskan dengan melakukan aktivitas fisik; mengganti kortisol dengan dopamin. Kalau saya sukanya berjalan jauh, jadi, kalau tidak dalam keadaan sehat, bagaimana bisa kuat berjalan jauh?

Sehat-tidak sehat jadi seperti konsep, ya, kalau dipikir-pikir. 

Malam ini, muncul pemahaman nomor 3 setelah lelah menggulir instagram stories (IGS). Sebuah kegiatan yang menurut saya tidak sehat bagi pikiran; munculnya kecenderungan untuk membanding-bandingkan hidup kita dengan hidup orang lain (yang tampaknya terus berprogres maju). Hal itu dulu pernah menjadi sesuatu yang lumayan parah bagi saya. Pemicu kortisol dan trauma. Lama-lama, saya pun belajar untuk mengendalikan diri saat menggulir IGS, benar-benar mengurangi intensitas mengaksesnya, hingga sekarang sudah bisa tidak terlalu tergoda untuk tau apa yang terjadi pada hidup orang–hal yang membuat lebih tenang.

Membanding-bandingkan diri dengan orang lain itu, kan, bukan sesuatu yang sehat. Maka, cukup penting bagi saya untuk (kembali) berolahraga secara teratur supaya pikiran membanding-bandingkan tersebut teralihkan ke hal-hal baik yang saya rasakan setelah berhasil menyelesaikan 1 sesi workout. I deserve to feel satisfied, too, huh? Tak perlu di-post di sosmed, cukup jadi penyemangat diri bahwa progres kita tak harus sama dengan orang lain karena musuh yang sebernanya adalah diri kita, dan saingan yang sebenarnya ialah diri kita di hari kemarin. 

Jadi, pemahaman nomor 3 adalah harus tetap bisa kembali berpikir positif setelah melakukan hal yang tidak sehat seperti itu. Bagaimana? Ya, dengan memikirkan hal-hal baik yang telah berhasil saya lakukan hari ini. 

Mungkin, kalau tidak berolahraga tadi pagi, saya akan kekurangan dopamin dan tak punya cukup energi untuk meng-counter pikiran negatif menjadi positif.

Setidaknya, saat jiwamu sedang tidak sehat, tubuhmu nampak sehat sehingga orang-orang tidak perlu tahu sebagaimana tidak-sehat-nya dirimu. Hehehe.

Sudah lama absen menulis jurnal rasanya jadi sedikit canggung menulis postingan ini. Meski begitu, sama seperti kembali berolahraga, menulis pun saya rasa patut untuk dilakukan lagi, ditambahkan sebagai kegiagan rutin harian. Ya... supaya mental juga semakin sehat!

Ah, rupanya... tak hanya sehat fisik yang diperlukan untuk menghadapi hal-hal tak sehat, tetapi juga mental yang sehat dan stabil😉👍🏼

**ditulis sebelum tidur karena rasa kantuk yang tertahan kafein dari kopi sore tadi

Comments