Extensive Reading I: Challenge for Author wanna be!

Halo! Alhamdulillah sempat buat negtik postingan :3 Menjelang akhir semester gini bawaannya mau curhat tentang kegiatan kuliah... buat nanti jadi bahan nostalgia ha ha ha :D Langsung, ya~

Mata kuliah yang satu ini bisa dibilang gampang banget! Apalagi buat yang hobi baca, dijamin deh bakal ngelahap ini mata kuliah. Di mata kuliah ini kerjaannya cuma baca materi/artikel/cerpen/fiksi/non-fiksi, kemudian dipahami, dan dibuat ringkasannya, lalu yang terakhir adalah me-report hasil bacaan.

Materi bacaan pertama di mata kuliah ini adalah dua buah cerpen. Iya, cerpen, tapi sampe sepuluh (bahkan ada yang belasan) lembar. In English? OF COURSE! Oke, harusnya gak ada yang boleh menanyakan pertanyaan tersebut. Cerpennya diapain? Ya, dibaca, lalu dianalisis, dan dipresentasikan berkelompok. Bagian yang itu, dulu, ya... susah-susah gampang. Soalnya kebiasaan kalo baca, ya, cuma baca, gak pernah mau repot-repot menganalisis. Pelajaran buat kalian yang suka baca, coba kek iseng-iseng dianalisis unsur intrinsik dari apa yang dibaca gitu, ya. Bagus buat latihan nulis esai, sepertinya ;)

Materi ke-dua adalah sebuah artikel tentang isu sosial yang terjadi di seantero dunia, berkelompok. Waktu itu saya dapet chapter tentang Ethnic Minorities. Ini artikel panjangnya belasan lembar bolak-balik. Bahasanya baku dan lebih banyak pembahasan, di mana inti pembahasannya sangat sedikit tapi sulit dicakup dengan benar kalo gak ngerti-ngerti banget arah pembahasannya. Alhamdulillah, waktu presentasi gak harus nyampein semuanya, cuma masalah utamanya aja, gak sampe ke contoh kasusnya yang di Amerika.Yang aduh itu, sih, waktu berusaha nyelesein bacanya. Rasanya beraaaaaat banget! Kenapa? Karena alasan yang sudah saya jabarkan di atas, dan (ini alasan klasik) tugas lain juga ada. Susahnya me-manage waktu -_- atau saya yang memang harus mengasah skill time management, ya? :v

Dan... materi terakhir adalah... membaca buku! Enak, ya? Enaaaakk :3 Bukunya pun bebas disuruh milih sendiri, mau yang fiksi ataupun non-fiksi, terserah. Saya men­-scroll down daftar e-book yang diberikan oleh bapak dosen, dan berhenti pada nomor 22. David Copperfield - Charles Dickens.

Pertama liat nama penulisnya, hati ini udah langsung mantep dah! Charles Dickens. Sudah cukup lama penasaran sama hasil tulisan si Charles, akhirnya ketemu juga di mata kuliah ini. Ya udah, langsung aja double-click untuk ngeliat seberapa banyak sih ini buku.

Jeng... jeng...!!!

641 halaman termasuk cover dan 2 lembar preface. Waw! Buku ini tebal sekali! Waktu yang diberikan adalah 3 minggu. Kalau dihitung-hitung, untuk orang yang memang hobi baca dan melahap bacaan apa saja, buku setebal ini dalam waktu sebanyak itu mungkin bisa hampir ditamatkan. Belum lagi dapat tambahan waktu 2 minggu karena ada libur mendadak. Wah! Waktu tambahan yang berarti petualangan semakin panjang, bukan?

Sayangnya, saya baru mulai dapet mood membaca pada H-7 report. Alhasil, saya hanya me-report hasil bacaan saya yang baru masuk 2 bab. Dosennya kecewa. Beliau pun langsung bilang bahwa saya kemungkinan akan bertemu lagi dengan beliau pada 2 semester berikutnya. Jleb! Gak mau... gak mau ngulang satu mata kuliah pun >_< Lalu, di ujung  pertemuan hari ini, bapak dosen berpesan, "Do your best on the next report! I can't help you, unless you help yourself."
source

Selepas hilangnya bayangan si bapak dosen, saya langsung mengumpulkan tekad untuk menamatkan si David Copperfield. Saya-pasti-sanggup-menamatkan-sisa-61-chapter-yang-tersisa! *bold* *italic* *underline*

Maka, dengan sisa satu minggu, saya berjihad menamatkan novel setebal 641 halaman tersebut. Target: 1 hari 10 chapter. Duh, bacaAl-Qur'an aja belum pernah seniat itu, astaghfirullah...

Hari pertama sampai ke-3, lancar dengan target tercapai. Hari ke-4, eh, kok molor. 5 chapter pun gak sampe -_- sudah khawatir bin gelisah akan hari report yang akan tiba. Tapi, memang benar, pertolongan Allah tidak pernah jauh :) Reportnya diundur seminggu lagi. Alhamdulillah........

Maka, dengan sisa waktu seminggu saya akhirnya mampu menaklukkan David Copperfield, novel setebal 641 halaman. Ya, tidak semulus kelihatannya. Banyak yang terpaksa harus saya korbankan, salah satunya Rapat Umum LPM Pena Kampus, organisasi kampus yang saya ikuti. Yang paling berat adalah ketika Ibu Pimum mengirim SMS untuk menanyakan tidakkah hati saya terenyuh pada saat akan pemilihan Pimum baru saya tidak datang. Ya, saya terpaksa tidak datang. Demi sebuah kesempatan yang tidak mungkin (dan saya tidak mau) datang dua kali. I have to do my best! *bold* *underline* *highlight*

At the end, semuanya berakhir melegakan dan memuaskan :) Alhamdulillah, berkah Ramadhan. Satu hutang sudah lunas. Jadi, di minggu tenang (atau minggu tegang) itu memang banyak sekali hutang tugas akhir, salah satunya, ya, membaca ini. Sisanya, saya tidak bisa membagi fokus saya, atau sambil-sambilan dalam mengerjakan tugas akhir. Maka, otomatis setelah menyelesaikan bacaan itu, saya baru bisa mulai menjamah tugas akhir yang lain, satu per satu. Dan kemudahan Allah memang sangat murah, deadline yang sebelumnya mepet-mepet banget, akhirnya meregang juga ^_^ dan sekarang sisa tugas akhir cuma satu, yeay!

Flashback! Dalam usaha menyelesaikan David Copperfield, saya sempat mengeluh pada seorang sahabat, saya bilang kalo susah sekali mendatangkan mood membaca, apalagi bukunya e-book setebal 641 halaman! Dan yang dia katakan adalah, "Ya, memang kadang orang yang suka menulis itu seringkali malas membaca." Wah :v

Harus diakui, memang saya kalau membaca sangat pilih-pilih. Lihat penulisnya dulu, cover bukunya dulu, sinopsisnya, atau bahkan cuma liat judulnya aja. Kalo tau penulisnya, mau baca. Kalo sinopsisnya bikin penasaran, mau baca. Kalo judulnya menarik dan tidak seperti kebanyakan judul yang isi ceritanya bisa ditebak, mau baca. Banyak faktor! Nah, dalam membaca pun saya tidak suka dibatasi waktu. Tapi, pada mata kuliah ini, saya dihadapkan pada sebuah tantangan atas sifat memilih-milih saya dalam membaca; karena tau penulisnya, mau baca. Ya, pada mata kuliah ini saya harus bisa mengalah pada ketidak-mauna saya untuk dibatasi waktu dalam membaca. Dan, ya, ternyata saya mampu. Kita tidak akan pernah tau kita mampu atau tidak kalau kita tidak nekat (atau terpaksa karena ceroboh) untuk melampaui batas atau comfort zone kita. That's truly true!


Mengingat masalah "kalo suka nulis, males baca", saya jadi ingat dosen Creative Literary Writing, Pak Nuriadi. Beliau pernah menjabarkan sifat-sifat penulis, salah satunya egois. Bolehkah saya sebut diri saya penulis meski hanya seorang penulis blog? Jika boleh, maka saya tidak menampik apa yang dikatakan Pak Nuriadi. Jelas, kan? Saya egois karena saya hanya mau tulisan saya dibaca, tapi sangat mahal harganya bagi orang lain untuk tulisannya saya baca, ha ha ha. Tidak, tentu saja tidak seharfiah itu! Masih ada banyak faktor, kok! :) Belakangan ini saya memang sedang dalam misi menaklukkan ke-egois-an saya dalam tidak-mau-membaca-karya-orang-lain, dan saya sedang belajar untuk mau tidak egois lagi dalam hal membaca karya orang lain ;)

Untuk kalian yang suka membaca, cobalah untuk menulis ulang hasil bacaan kalian. Hitung-hitung berlatih untuk jadi produktif, bukan hanya konsumtif. Saya tidak punya catatan untuk teman-teman yang hobi menulis, he he he

Comments