Analogi Sendiri #2
Senyumnya kaku. Tatapannya dingin. Langkahnya dengan ritme yang sulit dipahami. Namun berada di dekatnya terasa hangat. Setiap kata yang meluncur dari mulutnya seolah membawa panah yang langsung menghujam jantung hati. Tepat mengenai bagian yang membuatku jatuh cinta. Awalnya aku hanya menerka. Namun kemudian, terkaanku terbukti. Di balik senyumnya yang kaku, ada tawa yang mampu cairkan gundah. Di balik tatapannya yang dingin, tersirat sesuatu yang mampu redakan rindu. Ritme langkahnya yang sulit dipahami mewakili perasaan yang muncul ketika menatapnya. Dan yang tak berubah adalah rasa hangat yang terasa saat di dekatnya. Sekali ini, sentuhan yang ku rasa tepat adalah dia. Meski ragu, namun terasa cukup tepat. Dan jika diingat, itu yang mengalirkan perasaan nyaman. Dan jika dipikirkan, sentuhan itu yang ku rindukan. Meski ragu, namun hati tak mungkin dusta jika ia rindukan itu. Jangan perna...